Pustaka

Kitab Safinah Kalla Saya’lamun: Mutiara Tafsir Kiai Maimoen Zubair

Rabu, 14 Agustus 2024 | 18:00 WIB

Kitab Safinah Kalla Saya’lamun: Mutiara Tafsir Kiai Maimoen Zubair

Kitab Safinah Kalla Saya’lamun. (Foto: Ist.)

KH Maimoen Zubair atau biasa dipanggil Mbah Moen merupakan tokoh ulama nusantara dengan keluasan dan kedalaman ilmunya yang diakui oleh para ulama. Karya beliau seperti Arajim Masyayikh al-Ma’had ad-Diniyyah bi Saranj al-Qudama’ dan al-‘Ulama’ al-Mujaddidun, adalah bukti bahwa beliau memang seorang alim ‘allamah.


Dalam bidang ilmu tafsir, kemahiran dan penguasaan beliau akan makna-makna Al-Qur’an tidak bisa diragukan lagi. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya kitab Safinah Kalla Saya'lamun yang akan diulas pada tulisan ini.


Kitab Safinah Kalla Saya’lamun merupakan hasil kodifikasi dari mutiara-mutiara kajian tafsir KH Maimoen Zubair terhadap Al-Qur’an. Menariknya, kitab ini tidak ditulis langsung oleh beliau, tetapi ditulis dan disusun oleh seorang santri yang istiqamah mengaji tafsir Jalalain kepada beliau ketika di pesantren.


Penyusun kitab ini adalah Lora Muhammad Ismail Ascholy, ulama muda produktif asal Bangkalan Madura yang dulu pernah menuntut ilmu dari Mbah Moen saat mondok di Pesantren Sarang.


Setiap hari Ahad, ia rutin mengikuti pengajian Tafsir Jalalain dan mencatat setiap keterangan dan mutiara kajian tafsir Mbah Moen. Sampai di kemudian hari, keterangan-keterangan itu berubah wujud menjadi Kitab Tafsir berbahasa Arab.


Latar Belakang Penyusunan

Dalam muqaddimah Tafsir Safinah, Lora Ismail mengisahkan beberapa hari sebelum Mbah Moen wafat. Salah satu khadam (pelayan) yang bernama Muayyad memintanya agar mengumpulkan keterangan yang telah dicatat. Sang khadim juga memberinya tambahan rekaman suara pengajian tafsir Mbah Moen.


Pada awalnya, Lora Ismail menolak permintaan khadim tersebut karena di lain waktu beliau mendengar bahwa Gus Abdul Ghofur Maimoen dan Gus Bahauddin Nursalim sudah mengumpulkan tafsir KH Zubair Dahlan dan KH Maimoen Zubair dalam Tafsir al-Anwar berbahasa Indonesia sebanyak dua jilid.


Akan tetapi sang khadim tak henti-hentinya membujuk Lora Ismail. Bahkan ia memintakan izin langsung kepada Mbah Moen dan menghaturkan bahwa salah satu santrinya ingin mengumpulkan tafsirnya. Dan ternyata Mbah Moen memberikan izin.


Di lain waktu, ketika Lora Ismail sowan kepada KH Maimoen Zubair untuk meminta izin mengumpulkan kajian tafsirnya, beliau tersenyum memberikan izin dan berkata diiringi tawa khasnya:


ما لي في التفسير إلا مجرد قولي، وهناك علماء أجلاء لهم كلام سديد


Artinya: “Tafsirku ini cuma omong-omongan saja, di luar sana banyak ulama-ulama besar yang punya kalam serius” (Muhammad Ismail Ascholy, Safinah Kalla Saya’lamun, [Bangkalan, Nahdlatut Turots: 20013], halaman 3).


Dari situ kemudian Lora Ismail mulai mengumpulkan mutiara kajian tafsir KH Maimoen Zubair menjadi sebuah kitab. Beliau juga menambahkan keterangan dari sejumlah kitab tafsir populer seperti Tafsir al-Qurthubi, Tafsir Ibnu Katsir, dan lainnya sebagai penguat atau perbandingan atas kajian tafsir KH Maimoen Zubair.


Sekilas Isi Tafsir Safinah Kalla Saya’lamun

Kitab Tafsir ini terdiri dari dua juz dalam satu jilid. Juz pertama berisi penafsiran Mbah Moen terhadap beberapa ayat Al-Qur’an yang didengar langsung oleh Lora Ismail saat ngaji ke beliau. Sementara juz dua berisi penafsiran beliau terhadap sepertiga surat Al-Anbiya’ yang ditulis dari rekaman hasil pengajian.


Lora Ismail Ascholy memberi keterangan dalam muqaddimah kitab ini, jika menemukan lafadz (قلتُ) maka artinya redaksi selanjutnya bukan pendapat dari KH. Maimoen Zubair, melainkan tambahan faidah dari beliau sendiri. Dan kalau ada redaksi (قال في تفسير كذا) maka maksudnya adalah buah pemikiran KH Maimoen Zubair ketika mengisi pengajian tafsir.


Selanjutnya, jika menemukan redaksi (وعن قوله تعالى كذا) maka maksudnya adalah KH Maimoen Zubair beristidlal (membuat dalil) menggunakan ayat tersebut dalam atas apa yang beliau sampaikan. 


Corak Tafsir Safinah Kalla Saya’lamun

Penafsiran Mbah Moen dalam kitab ini tidak lain adalah hasil kajian tafsir yang beliau asuh setiap hari Ahad. Akan tetapi, sebenarnya beliau lebih mentadabburi (meng-angan-angan) makna ayat-ayat Al-Qur’an didukung kedalaman dan keluasan ilmu sejarah yang beliau kuasai.


Berikut adalah salah satu contoh kajian dan tadabur Mbah Moen saat membahas surat Ghafir ayat 79:


وعن قوله تعالى : اَللّٰهُ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَنْعَامَ لِتَرْكَبُوْا مِنْهَا وَمِنْهَا تَأْكُلُوْنَۖ ۝٧ الأنعام ما له أربعة أرجل يصلح للركب والأكل. وفي زماننا الحضر، السيارة خلقت للركوب، وهي أيضا صالحة لطلب المعيشة بها؛ كالسيارات للأجرة، فسائق هذه السيارة قد ركب ما له أربعة أرجل ويحمل فيه معه الركاب للنقل، وهو يأكل من هذا العمل


Artinya: “(Dan Syaikhuna Maimoen Zubair) berkata dalam menafsiri firman Allah: ‘Allahlah yang menjadikan hewan ternak untukmu. Sebagian untuk kamu kendarai dan sebagian lagi untuk kamu makan’. Al-An’am adalah hewan yang memiliki kaki empat dan bisa digunakan untuk tunggangan dan makan. Di zaman kita ini, mobil (kendaraan beroda empat) diciptakan untuk ditunggangi. Selain itu, mobil juga bisa digunakan untuk mencari kebutuhan hidup, seperti mobil untuk disewakan. Maka pak sopir taksi mengendarai mobil yang beroda empat membawa tumpangan ke suatu tempat, dan dia makan dari pekerjaan itu.


قلت: ووجه هذا التفسير - والله أعلم- أن الله تعالى ذكر في الآية مطلقا ولم يذكر فيها ما يوهم القصر؛ كـ(إنما) أو أداة النفي أو (لا)، فلم يقل: (لم يجعل الله لكم إلا الأنعام) أو (إنما جعل الله لكم الأنعام) بل ولم يؤكد فيها المجعول؛ فيستدل بذلك هذا التفسير


"Aku berkata: ‘Bentuk penafsiran ini, Wallahu a’lam, bahwa Allah swt menyebut dalam ayat secara mutlak dan tidak menyebutkan yang memberikan indikasi pembatasan, seperti lafadz إنما, adat nafi, atau lafadz لا, maka Allah tidak berkata: ‘Allah tidak menjadikan bagi kalian semua kecuali hewan ternak, atau Allah swt hanya menciptakan bagi kalian hewan ternak’, tetapi Allah tidak membatasi apa yang ia ciptakan, maka penafsiran ini memakai pandangan itu”. (Muhammad Ismail Ascholy, hal. 16)


Melalui ayat ini, Mbah Moen memiliki pandangan bahwa jika di zaman dulu ada hewan yang digunakan untuk berkendara dan makan, maka di zaman modern ada mobil juga yang digunakan untuk berkendara dan mencari pangan. Dan Hal itu sudah diisyaratkan oleh Al-Qur’an.


Kitab ini mendapat pujian dari Sayyid Alawi bin Abbas bin Alawi Al-Maliki. Ia mengatakan bahwa penafsiran dalam kitab ini merupakan bentuk pemberian yang dituangkan oleh Allah kepada Syekh Maimoen Zubair hingga bisa menciptakan ta’alluq yang sangat tertancap dalam hati keluhuran iman dan kekuatan mahabbah beliau kepada Allah dan RasulNya. (Lora Ismail Ascholy, hal.1)


Identitas Kitab
Judul               : Safinah Kalla Saya’lamun Fi Tafsiri Syaikhina Maimoen
Penulis            : Lora Ismail Ascholy
Penerbit          : Nahdlatut Turats
Tahun Terbit    : Bangkalan, 2023
Tebal               : 374 halaman

Peresensi: Bushiri, Pengajar di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan Jawa Timur