Pustaka

Membangun Logika Langit dalam Berbisnis

Senin, 14 Februari 2022 | 20:00 WIB

Membangun Logika Langit dalam Berbisnis

Membangun Logika Langit dalam Berbisnis

Bicara tentang bisnis, tak pernah lepas dari bicara soal ilmu bisnis itu sendiri. Berbisnis tanpa ilmu, persis seperti terjun tanpa parasut dari ketinggian 1000 kaki. Para pebisnis itu hanya akan mencelakakan dirinya, sikapnya itu akan meregang nyawa bisnisnya. Itulah mengapa banyak buku-buku yang berbicara tentang teori bisnis. Saya termasuk di antara yang gemar membaca buku-buku entrepreneurship. Sebab, di sana saya menemukan banyak kisah pahit getir perjalanan merintis bisnis, hingga menjadi miliarder. Dan, kisah-kisah yang saya baca, ternyata masih tak separuh dari kisah Nabi, seorang yatim-piatu yang berjuang merintis usaha mandirinya di tengah masyarakat Arab jahiliah yang rakus harta.

 

Demikian pula para sahabat Muhajirin, bagaimana mereka rela meninggalkan harta-kekayaannya demi agama. Lalu, hidup di negeri barunya, Yatsrib (sekarang bernama Madinah) sebagai miskin-papa. Dan, satu hal yang harus digarisbawahi di sini, umat Islam tak pernah diajarkan meminta-minta. Sahabat Abdurrahman bin Auf, salah satu contohnya. Dari Makkah hanya bermodal nekad menuju Madinah. Untuk sementara waktu, tinggal di kediaman Sa’ad bin Rabi’, sahabat Anshar yang amat dermawan. Kepada Abdurrahman, ia tak hanya menawarkan harta, tetapi rela menceraikan salah seorang istrinya untuk dinikahi sahabat barunya itu.

 

Dengan penuh hormat, ia menolak tawaran tersebut. Abdurrahman justru meminta agar ditunjukkan jalan menuju pasar. Rupanya, ia bukan mental peminta-minta. Melainkan, sosok dengan mental pengusaha tangguh. Dalam waktu yang tak lama, dengan ilmu bisnis dan inovasi yang tajam ia berhasil meregup kekayaan ratusan miliar. Demikianlah ajaran Islam, satu sisi melarang pemeluknya cinta dunia, di sisi lain juga mecegah pemeluknya mengemis di mana-mana. Artinya, tak cinta dunia bukan berarti harus miskin-neraka dan hidup lewat minta-minta.

 

Kajian dengan pandangan seperti ini diketik rapi dalam buku “Bisnis Logika Langit” (BLL) karya sang couplepreneur (pasangan pebisnis): Doni Ekasaputra dan Anna Mahnan, istri tercintanya. Dalam buku itu mereka bercerita banyak tentang perjalanan karier bisnisnya yang amazing. Dari modal Rp200 ribu disulap menjadi Rp2,7 miliar di tahun pertama.

 

Mereka berdua adalah sepasang kekasih yang dipertemukan di rahim Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. Sang couplepreneur menjalani dunia bisnis bersama, kurang lebih lima tahun lamanya, sejak 2017 hingga saat ini. Mereka berhasil meraih banyak prestasi di dunia entrepreneur setelah jungkir-balik perjuangan yang tak sederhana. Di tahun 2020 akhir, mereka berhasil menjuarai UMKM milenial Jawa Timur. Pernah pula mengantongi penghargaan sebagai Santripreneur Award Indonesia, dan prestasi-prestasi keren yang lain.

 

Buku dengan ketebalan 210 halaman ini secara umum mengulas tiga hal besar dalam dunia bisnis. Pertama, tentang mindset langit; yang bercerita bagaimana karier bisnis Nabi dan para sahabat, serta jumlah dan sumber kekayaannya, pembelaan atas klaim bahwa Nabi miskin, kemuliaan berbisnis, anjuran Islam bahwa sebagai Muslim harus kaya, dan seterusnya.

 

Kedua, ikhtiar bumi; mulai dari mengonter kebiasaan banyak pebisnis pemula yang hanya berencana tanpa aksi, bagaimana membangun branding diri, memanfaatkan media sosial sebagai lahan marketing tersubur, dan kisah-kisah pengalaman bisnisnya yang masih dalam taraf ikhtiar bumi yang mampu menggoncang langit. Ketiga, ikhtiar langit; bab ini berbicara tentang keutamaan surat dan bacaan yang dianjurkan agama saat menodong rezeki Allah swt. Di luar itu, juga membahas bahwa kualitas shalat adalah cermin rezeki, kekuatan sedekah, dan lain-lain.

 

Ada sejumlah keistimewaan dari buku ini. Pertama, disajikan dengan sistematis. Buku ini tak langsung bercerita ihwal kesuksesan sang couplepreneur. Mungkin, jika langsung masuk ke sana, akan cukup menjemukan, mengingat sudah banyak orang yang bercerita tentang itu. Dan, alur ceritanya pun tak jauh beda. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Tetapi, justru buku ini mengembalikan kita ke titik nol terlebih dahulu. Diajak keliling melintasi masa lalu yang berabad-abad. Mengintip kehidupan bisnis Rasulullah dan para sahabat lebih jauh; mulai dari etos kerja sampai jumlah kekayaannya.

 

Setelah itu, baru kita diajak melihat peran dirinya sebagai aktor bisnis yang berupaya meniru kegigihan, kejujuran, serta akhlak bisnis Nabi. Kesemuanya itu menjadi tonggak kesuksesannya. Terlebih, saat ini, kejujuran menjadi nilai terpenting di pasar online. Dan, di akhir-akhir sedikit dibumbui dengan kajian bahwa baik individual dan sosial akan membuka jalan keberhasilan lebih lebar dari pada yang minim salah satunya.

 

Kedua, kekuatan dorongan (powerful preaching) untuk berbisnis. Di buku ini, pembaca tak hanya dipertontonkan kekayaan dan keberhasilan penulis. Namun, secara tersirat seolah lantang diseru, ‘Kalian juga bisa melakukannya, bahkan lebih sukses dariku’. Pesan ini memang tidak langsung dalam buku “Bisnis Logika Langit”. Tapi justru itulah pesan yang kuat. Tidak lewat suara dan tulisan, melainkan melalui potret keberhasilan yang terang bagi siapa saja. Seperti dalam bab ‘Mewarisi Etos Kerja para Nabi dan Sahabat’.

 

Di sana dikisahkan seorang laki-laki Ansar yang langsung diajarkan cara bisnis oleh Nabi. Laki-laki yang mulanya hanya memiliki tikar dan sebuah cangkir, berubah jadi mempunyai 10 dirham dalam waktu 15 hari. Padahal, ia orang yang gagap bisnis, kreativitasnya kurang, semangatnya rendah, dan sangat tidak inovatif. Kerennya, dia bisa berpenghasilan besar. Satu energi yang sangat kuat untuk sekalian pembaca.

 

Ketiga, cukup argumentatif. Buku ini juga cukup argumentatif. Kami akui itu. Terbukti, saat mengulas dalil yang kerap dijadikan dasar bahwa Baginda Nabi itu miskin-papa, dengan merujuk kepada pendapat Abdul Fattah Saman yang lumayan berlainan. Ada 10 hadits yang muncul menjadi dasar klaim ini; (1) hadits tentang Nabi yang menggadaikan baju besinya, (2) Nabi yang hanya makan kurma dan air selama tiga bulan, (3) Nabi yang mengikat batu di perutnya karena menahan lapar, (4) Nabi yang keluar rumah bersama sahabatnya lantaran didorong rasa lapar, (5) Nabi memakan lauk-pauk basi, (6) Nabi makan di rumah Abu Ayyub, (7) Nabi berdoa jadi orang miskin, (8) Nabi tak pernah makan sampai kenyang, (9) Nabi berdoa minta kecukupan rezeki, dan (10) hadisst tentang orang fakir lebih awal masuk surga. Semua dalil ini ditafsir secara berbeda.

 

Namun, seiring kelebihan buku ini, terdapat beberapa kekurangan. Di antaranya terdapat banyak typo seperti kata ‘berbagai’ menjadi ‘bernagai’, ‘dua puluh’ menjadi ‘dulu puluh’, dan beberapa kata salah cetak lainnya. Wajar, ini baru cetakan pertama. Belum ada edisi revisinya. Kemudian, kekurangan yang sangat disayangkan adalah ketika tak menyertakan footnote atau endnote. Padahal, banyak sekali keterangan yang menggelitik dan membuat pembaca penasaran untuk mendapatkan informasi lanjutan. Tapi sayang, keterangan itu bersih rujukan. Misalnya, saat mengutip Imam an-Nawawi yang mengatakan, “Sesungguhnya Allah Swt memelihara stamina kekuatan Nabi meskipun beliau tidak makan dan minum”. Statemen ini langka, tak lumrah diketahui, tapi di mana sumber aslinya? Semoga kekurangan ini ditangani di edisi selanjutnya.

 

Semoga manfaat, wallahu a’lam bisshawab.

 

Peresensi adalah Ahmad Dirgahayu Hidayat, alumnus Ma’had Aly Situbondo dan founder Lingkar Ngaji Lesehan di Lombok NTB.

 

Identitas Buku

Judul   : Bisnis Logika Langit
Penulis : Doni Ekasaputra dan Anna Mahnan
Penerbit: KMO Indonesia
Cetakan: 2022
Tebal   : 210 halaman