Tokoh

Imam Bukhari, Ulama Penghimpun Hadits Sahih yang Lahir di Bulan Syawal

Selasa, 10 Mei 2022 | 17:00 WIB

Imam Bukhari, Ulama Penghimpun Hadits Sahih yang Lahir di Bulan Syawal

Ilustrasi. (Foto: NU Online)

Kita tentu tidak asing dengan Saḫîḫ Bukhârî, sebuah kitab yang menghimpun hadits-hadits sahih dan kualitasnya diapresiasi oleh banyak ulama. Imam Nawawi sendiri mengatakan bahwa kesahihan hadits-haits di dalam kitab tersebut telah disepakati oleh seluruh ulama. Kitab ini ditulis oleh seorang ‘alim kelahiran Uzbeskistan bernama Imam Bukhari. 


Memiliki nama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah bin al-Ja’fii al-Bukhari, ulama besar ini lahir pada Jumat malam, 13 Syawwal tahun 194 H di Bukhara, Uzbeskistan, Asia Tengah. 


Bukhari kecil tidak memiliki penglihatan, hal ini membuat ibunya terus menangis dan tidak berhenti berdoa untuk kesembuhan putranya. Hingga akhirnya sang ibu bermimpi pada suatu malam berjumpa dengan Nabi Ibrahim. Dalam perjumpaan itu, Nabi Ibrahim berkata, “Allah telah mengembalikan penglihatan putramu”. Ternyata benar, begitu ia bangun putranya sudah bisa melihat.


Kegigihan Bukhari sudah terlihat sejak masih kecil. Belum genap berusia sepuluh tahun ia sudah menghafalkan banyak hadits. Ia berguru kepada sejumlah ulama di negerinya. Di usia enam belas tahun ia sudah menghafal kitab hadits karya Ibnul Mubarak dan Waqi’, ia juga sudah memahami fiqih asḫâbur ra’yi (madzhab Hanafi). Setelah itu ia bersama ibu dan saudaranya, Ahmad, pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Sementara ibu dan Ahmad pulang, ia memilih menetap di Makkah untuk belajar hadits.


Guru-guru Imam Bukhari

Imam Bukhari belajar kepada banyak guru yang ia temui di sejumlah negara. Para ulama menuliskannya dalam kitab-kitab yang menjelaskan biografi Bukhari. Sebelum berkelana ke sejumlah negeri, ia sudah menimba ilmu ke beberapa ulama seperti Abdullah bin Muhammad bin Abdullah bin Ja’ar bin al-Yaman, Muhammad bin Salam, dan banyak ulama lainnya. Berikut adalah sebagian dari guru-guru Bukhari dari berbagai negeri.


Dari Balkh, Afganistan ada Makki bin Ibrahim; dari Marwaz, Khurasan ada ‘Abdan bin ‘Utsman, Ali bin Husain asy-Syaqiq, dan lainnya; dari Ray, Teheran, Iran ada Ibrahim bin Musa; dari Naisabur, Khurasan ada Yahya bin Yahya dan sejumlah ulama lainnya; dari Baghdad ada Muhammad bi Isa ath-Tabba’, Suraij bin Nu’man, Affan, dan Muhammad bin Sabiq; dari Bashrah ada Abi ‘Ashim an-Nabil, al-Anshari, dan Muhammad bin ‘Ar’arah.


Berikutnya, dari Makkah ada Abu Abdirrahman al-Muqri, Khallad bin Yahya, al-Humaidi, dan lainnya; dari Madinah ada ‘Abdul ‘Aziz al-Ausi, Ayyub bin Sulaiman bin Bilal, Ismail bin Abi Uwais, dan lainnya; dari Mesir ada Sa’id bin Abi Maryam, Ahmad bin Isykab, ‘Abudl Aziz bin Yusuf, Ashbagh, dan lainnya; dari Syam (Siria) ada Abul Yaman, Muhammad bin Yusuf al-Firyani, dan lain sebagainya.


Murid-murid Imam Bukhari 

Kualifikasi intelektual Imam Bukhari juga dibuktikan dengan keberhasilannya dalam mencetak ulama-ulama pada zamannya. Berikut adalah beberapa murid hasil didikannya. 


Abu ‘Isa at-Tirmizdi, Abu Hatim, Ibrahim bin Ishaq al-Harbi, Abu Bakar bin Abi Dunia, Abu Bakar Ahmad bin ‘Amr bin Abi ‘Ashim, Shalih bin Muhammad Juzrah, Muhammad bin Abdullah al-Khadiri, Ibrahim bin Ma’qil an-Nasafi, Abdullah bin Najiyah, Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah, Amr bin Muhammad bin Bujair, Abu Kuraib, Muhammad Muhammad bin Jumu’ah.


Kemudian, Yahya bin Muhammad bin Sha’id, Muhammad bin Yusuf al-Farabri, Abu Bakar bin Abi Dawud, Abdullah bin Muhammad bin al-Asyqar, Muhammad bin Salman bin Faris, Muhammad bin ‘Ambar an-Nasafi, dan sejumlah murid lainnya. (Abu Bakar al-Kafi, Manhajul Imam Bukhari, tanpa tahun: 43-47)


Komentar ulama

Kualifikasi keilmuan Imam Bukhari juga banyak dibuktikan dengan komentar dan testimoni sejumlah ulama tentang dirinya. Berikut adalah sanjungan beberapa ulama yang menunjukkan keagungan Bukhari.


Sejumlah ulama Makkah berkata,


محمد بن إسماعيل إمامنا وفقيهنا وفقيه خرسان.


Artinya, “Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) adalah pemimpin kami, seorang faqih (sangat alim) kami, dan sang faqihnya Khurasan.”


Muhammad bin Abi Hatim berkata,


سمعت محمود بن النضر أبا سهل الشافعي يقول: دخلت البصرة والشام والحجاز والكوفة ورأيت علماءها كلما جرى ذكر محمد بن إسماعيل فضلوه على أنفسهم.


Artinya, “Saya mendengar Mahmud bin an-Nadhr Abu Sahl asy-Syafi’i berkata, ‘Aku memasuki Bashrah, Syam, Hijaz, dan Kufah. Aku melihat ketika ulama-ulamanya memuji-muji Muhammad bin Ismail.’”


Imam Nawawi berkata,


اتفق العلماء على أنَّ أصح الكتب المصنفة صحيحا البخاري ومسلم، واتفق الجمهور على أنَّ صحيح البخاري أصحهما صحيحًا، وأكثرهما فوائد


Artinya, “Para ulama sepakat bahwa kitab paling sahih adalah Sahih Bukhari dan Sahih Muslim. Mayoritas ulama sepakat bahwa di antara keduanya, Sahih Bukhari-lah yang paling sahih dan lebih banyak faedahnya.


Imam Ibnu Taimiyah berkata,


وَأَمَّا كُتُبُ الْحَدِيثِ الْمَعْرُوفَةُ: مِثْلَ الْبُخَارِيِّ وَمُسْلِمٍ، فَلَيْسَ تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ كِتَابٌ أَصَحُّ مِنْ الْبُخَارِيِّ وَمُسْلِمٍ بَعْدَ الْقُرْآنِ


Artinya, “Adapun kitab-kitab hadits yang sudah maklum, seperti Sahih Bukhari dan Sahih Muslim, tidak ada kitab yang lebih sahih di dunia ini selain keduanya setelah Al-Qur’an. (Ibnu Taimiyah, al-Fatâwâ al-Kubrâ, 1987: juz V, h. 86)


Imam Bukhari wafat pada Sabtu saat shalat Isya bertepatan malam Idul Fitri 156 H dalam usia yang ke-62 tahun (kurang 13 hari). (Abu Bakar al-Kafi, Manhajul Imam Bukhari, tanpa tahun: 52) Wallahu a’lam. (Muhamad Abror)