Warta

Aborsi Banyak Dilakukan Perempuan Bersuami

Rabu, 29 November 2006 | 12:54 WIB

 Jakarta, NU Online
Hasil penelitian Yayasan Kesejahteraan Perempuan menyatakan, mayoritas pelaku aborsi ternyata perempuan bersuami sah yang tidak menghendaki adanya kehamilan. Hasil penelitian itu manyangkal pandangan masyarakat selama ini yang menyatakan bahwa pelaku aborsi umumnya dilakukan remaja karena hubungan gelap atau di luar nikah.

Demikian disampaikan Zumrotin dari Yayasan Kesehatan Perempuan saat menjadi pembicara pada Seminar dan Peluncuran Buku Fikih Aborsi (Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan) di Wisma Syahida Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu (29/11). Seminar tersebut terselenggara berkat kerjasama Pucuk Pimpinan Fatayat NU, PW Fatayat NU DKI Jakarta, dan Korp PMII Putri Cabang Ciputat. Selain Zumrotin, hadir pula dalam acara tersebut Arara Putri dari Departeman Pemberdayaan Perempuan.

<>Yayasan Kesehatan Perempuan melakukan penelitian tersebut di klinik yang terletak di 9 kota besar di Indonesia. Hasilnya, 87 persen perempuan yang meminta kehamilannya dihentikan adalah mereka yang menikah atau bersuami. Mereka melakukan aborsi karena tidak menghendaki kehamamilan.

”Jadi, mereka itu punya suami, tapi tidak menghendaki kehamilan. Alasanya bermacam-macam, ada kalanya karena perempuan karir atau kantor tempat mereka bekerja melarang punya anak,” ungkap Zumrotin.
 
Menurutnya, prasangka umum menyatakan, bahwa kehamilan yang tidak dikehendaki merupakan akibat perilaku perempuan remaja putri yang ‘nakal’ atau amoral. Parahnya, prasangka tersebut hingga saat masih bertahan, termasuk di Indonesia sendiri, meski sejumlah penelitian menemukan hasil yang bertolak belakang dengan prasangka itu. ”Karena itu tidak benar sangkaan yang melakukan aborsi para remaja saja,” tandasnya.
 
Sementara itu, Ketua PBNU Prof Dr Masykuri saat membuka acara tersebut mengatakan, hingga saat ini masih terjadi perdebatan soal hukum aborsi menurut Islam. ”Memang masalah aborsi banyak menimbulkan perdebatan, karena masalah aborsi tidak hanya menyangkut pengguguran janin, melainkan menyangkut nyawa sang ibu,” kata Pembantu Rektor I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.
 
Seminar dan Peluncuran Buku Fikih Aborsi (Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan) dihadiri ratusan aktivis perempuan dari berbagai organisasi, baik internal maupun eksternal NU. Ketua Umum PP Fatayat NU, Maria Ulfah Ansor menulis buku tersebut karena perhatiannya yang sangat besar terhadap hak reproduksi perempuan.
 
Buku tersebut semula berupa tesis sebagai prasyarat mendapatkan gelar master pada Program Studi Kajian Wanita Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) Jakarta. Tesis tersebut sengaja dibukukan untuk memudahkan orang membaca. (rif)