Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) memrotes isi buku “Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia” yang diterbitkan The Wahid Institute dan Maarif Institute. HTI menilai, buku tersebut tidak menghargai kebebasan sebagaimana merupakan prinsip demokrasi.
"Buku itu penuh tuduhan tidak berdasar. Dan, buku itu justru tidak toleran, kalau kami disebut kelompok fundamentalis, kenapa kebebasan hanya milik mereka," ujar Juru Bicara HTI, Ismail Yusanto, di Jakarta, dikutip dari Detik.com, Jumat (22/5).<>
Dalam buku itu, HTI dikategorikan sebagai gerakan “Islam transnasional” yang tergolong garis keras. Selain HTI, buku itu juga memasukkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam gerakan tersebut.
Menurut Ismail, penggunaan kata transnasional dianggap terlalu menyudutkan pihaknya. Padahal, sekarang banyak hal-hal yang berasal dari luar. "Mulai dari makanan sampai ideologi sosialisme, liberalisme, kapitalisme, dan lainnya. Itu juga berasal dari luar," tambahnya.
Dia juga menyayangkan kata infiltrasi dalam buku itu yang dituturkan dilakukan HTI ke dalam tubuh Muhammadiyah.
"Infiltarsi, mengadung arti buruk, itu juga tidak beralasan. Saya diminta jadi anggota MUI pusat, rekan yang lain ada yang jadi dosen di tempat pendidikan Muhammadiyah, itu profesional, tidak ada infiltrasi," jelasnya. Untuk itu, pihaknya akan meminta penjelasan pihak The Wahid Institute dan Maarif Institute.
Direktur The Wahid Institute, Ahmad Suaedy, mengatakan, buku yang diterbitkannya merupakan respons Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah atas munculnya gerakan baru Islam. Tim peneliti dalam buku ini menelaah bagaimana gerakan baru itu mempengaruhi massa kedua organisasi tersebut.
Secara singkat, Suaedy menjelaskan, buku itu diterbitkan dari hasil riset yang dilakukan tim peneliti. Gerakan baru Islam itu, membawa aliran baru yang lebih keras.
"Ya, begitu yang dipersepsikan, itu temuan di lapangan seperti itu. Yang bertanggung jawab soal itu researcher. Kami hanya menerbitkan," tambahnya.
'Ilusi Negara Islam' merupakan hasil penelitian dan diterbitkan dengan melibatkan sejumlah ulama terkemuka di Indonesia seperti, Ahmad Syafii Maarif (mantan ketua PP Muhammadyah), KH Mustofa Bisri, Azyumarrdi Azra, dan Romo Franz Magnis Suseno.
Buku Ilusi Negara Islam itu diluncurkan pada 16 Mei lalu. Buku tersebut mengupas soal masuknya gerakan Islam baru, antara lain, PKS dan HTI. Di dalamnya juga dikutip sejumlah artikel dan berita dari NU Online yang berhubungan topik buku. (rif)
Terpopuler
1
Idul Adha Berpotensi Tak Sama, Ketinggian Hilal Dzulhijjah 1446 H di Indonesia dan Arab Berbeda
2
Gus Baha Ungkap Baca Lafadz Allah saat Takbiratul Ihram yang Bisa Jadikan Shalat Tak Sah
3
Pos-Pos Petugas Penentu Kelancaran Lalu Lintas Jamaah di Jamarat Mina
4
Jamaah Diimbau Hindari Sebar Video Menyesatkan, Bisa Merusak Ibadah Haji
5
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025 M
6
Hilal Awal Dzulhijjah 1446 H Berpotensi Terlihat di Aceh
Terkini
Lihat Semua