Warta MUSIBAH MERAPI

Istighatsah Pengungsi Merapi

Jumat, 12 November 2010 | 01:08 WIB

Yogyakarta, NU Online
NU DIY mengadakan Istighatsah Kubra di Jogja Expo Center (JEC) Kamis Malam (11 Nopember 2010). JEC merupakan salah satu lokasi pengungsian utama di Yogyakarta. Istighatsah ini merupakan bagian dari rangkaian istighatsah yang sedianya diadakan secara berantai di sejumlah tempat pengungsian.

Acara dipandu oleh Marwoto dan Yati Pesek, dua pelawak kondang yang malam itu berhasil mengundang tawa hadirin. Suasana menjadi hening saat Ny. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid menyapa dan mengajak pe<>ngungsi untuk merenungi peristiwa letusan merapi sebagai musibah dan sekaligus ujian.

“Kalau kita bisa lulus dari ujian ini maka derajat, harkat, dan martabat kita akan diangkat oleh Allah,” tutur Bu Sinta. Ia kemudian mengawali munajat dengan mengajak jamaah mendengungkan syair al-I’tiraf tiga kali. Sesudahnya, secara simbolis Bu Sinta menyerahkan bantuan untuk para pengungsi.

Bersama sejumlah ulama dari berbagai daerah, KH Hasyim Syafi’i dan KH Najib Abdul Qadir memimpin sesi istighatsah. Jamaah yang sebagian besar merupakan pengungsi larut dalam kekhusyukan. Dengan duduk bersila beralas tikar, sekitar 3000 jamaah khidmat membaca rangkaian doa. Secara serentak, jamaah menggemakan bacaan mujahadah bersama-sama. Bagi pengungsi acara istighatsah semacam ini penting mengingat sebagian besar pengungsi adalah warga desa yang juga nahdliyyin.

Rangkaian acara dipungkasi dengan taushiyah dan mauidlah hasanah oleh KH A. Said Asrori. Dalam uraiannya, Ketua Tanfidziyah PWNU Jateng ini menggarisbawahi hikmah bencana alam sebagai tanda kedlaifan manusia sebagai hamba. “Al mautu haqqun. Mati itu pasti, siapapun tidak bisa menghindar dari kematian. Bahkan kita yang sekarang selamat dari wedhus gembel tetap akan mati. Tidak perlu takut pada kematian, yang penting bagaimana berikhtiar memuliakan hidup yang bermanfaat sehingga bisa meninggal dalam keadaan iman dan khusnul khatimah,” ujar Kiai Said.

Fenomena Merapi merupakan salah satu bagian dari rentetan musibah nasional. “Bagi Indonesia sekarang sedang ‘amul khuzni, tahun kesedihan. Banyak sekali bencana alam dan bencana kemanusiaan yang pada dasarnya adalah akibat kelalaian manusia sendiri. Istighatsah di Jogja ini semoga bisa menggerakkan siapa saja, termasuk pemerintah pusat untuk melakukan taubat nasional,” tegas Kiai Said yang juga pengasuh Pesantren Raudlatut Thullab Magelang ini.

Sejauh ini, keterlibatan NU DIY dengan gerakan NU Peduli melibatkan semua elemen dengan memberdayakan semua Pemuda Anshor/ Banser, Muslimat, Fatayat, PMII, IPNU/IPPNU, dan KMNU. Lebih dari 700 relawan tersebar di banyak posko pengungsian untuk melakukan distribusi logistik dan pendampingan pengungsi untuk kesehatan, trauma healing, sekolah darurat, TPQ, dan sebagainya. (amh)