Sekolah umum di Jerman tak lama lagi bakal mengijinkan siswa Muslim memperoleh pelajaran tentang keyakinan mereka. Keputusan itu bagian dari rekomendasi hasil dialog selama empat tahun, antara pemerintah Jerman dan komunitas Muslim.
"Melangkah ke depan, penerapan lebih jauh rekomendasi hasil dari Konferensi Islami Jerman (DIK), untuk integrasi sosial dan keagamaan Muslim di Jerman, sangatlah krusial," ujar Menteri Dalam Negeri, Wolfgang Schaeuble, dalam hari terakhir DIK, Kamis (25/6).<>
"Hal ini bisa menjadi contoh di dalam masyarakat kita untuk mengakui dan mengatasi semua perbedaan yang timbul," imbuhnya. Salah satu rekomendasi utama adalah meresmikan pengajaran Islam di sekolah umum dan membentuk jurusan teologi Islam di perguruan-perguruan tinggi di Jerman.
"Status akademik dibutuhkan, karena teologi Islam berbasis di Jerman dapat menawarkan jawaban tepat seputar masalah kehidupan Muslim dalam keragaman," ujar Wolfgang "Sekaligus dapat mengangkat isu partisipasi mereka dalam diskursus politik umum negara," imbuhnya.
Orang tua siswa Muslim memang telah lama mengeluhkan sekolah umum yang tidak memberi mata pelajaran agama untuk anak-anak mereka. Kini, mereka dapat berlega hati, meski hanya beberapa sekolah yang dijadikan proyek awalan dalam pengajaran Islam untuk murid-murid Islam.
Sekolah-sekolah Jerman saat ini telah mengajarkan pendidikan agama lain, yakni Yahudi, Katolik, dan Protestan.
Selain pengajaran Islam dalam sekolah, pemimpin muslim dan pemerintah juga merekomendasikan sekolah mengakomodasi keprihatinan para orang tua murid Muslim, khususnya murid putri dalam mata pelajaran berenang yang bercampur dengan murid pria. Rekomendasi lain juga menyatakan murid putri dapat mengenakan jilbab di dalam sekolah, bukan cadar.
DIK sendiri dibentuk oleh pemerintah pada 2006 lalu dalam upaya melakukan dialog antara negara dan komunitas Muslim Mereka. Studi terbaru yang dilakukan oleh Kantor Federal di Nuremberg urusan Migrasi dan Pengungsi (BAMF), memproyeksikan citra baru atas komunitas Muslim Jerman. Komunitas tersebut, menurut studi, jauh dari selip pandangan negatif pada umumnya yang terjadi pada komunitas Muslim di negara lain.
Lembaga itu menyatakan dalam studinya, Muslim lebih membaru ketimbang sebelumnya. Tak hanya itu, mereka menemukan bahwa 45 persen Muslim di Jerman adalah warga negara asli.
Penemuan lain dalam studi sekaligus menjadi tanda keberhasilan pembauran, fakta lebih dari separuh Muslim Jerman merupakan anggota asosiasi atau klub-klub Jerman. Perkumpulan itu mulai dari klub olahraga, klub warga senior, perserikatan tenaga kerja, bukan klub yang mendasarkan keanggotaan pada asal-usulnya. (iol/dar)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menyiapkan Bekal Akhirat Sebelum Datang Kematian
2
Menyelesaikan Polemik Nasab Ba'alawi di Indonesia
3
Khutbah Jumat: Tetap Tenang dan Berpikir jernih di Tengah Arus Teknologi Informasi
4
Resmi Dilantik, Berikut Susunan Lengkap Pengurus PP ISNU Masa Khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Perhatian Islam Terhadap Kesehatan Badan
6
Tuntutan Tak Diakomodasi, Sopir Truk Pasang Bendera One Piece di Momen Agustusan Nanti
Terkini
Lihat Semua