Warta

PBNU: Hadapi Kelompok Islam Garis Keras Jangan dengan Kekerasan

Senin, 4 Juni 2007 | 05:47 WIB

Jember, NU Online
Munculnya gerakan dan kelompok Islam garis keras di Indonesia, membawa warna tersendiri di dalam kehidupan umat beragama. Kekerasan yang mengatasnamakan agama akan berakibat konflik horisontal. Namun sesungguhnya, kekerasan tidak harus dilawan dengan kekerasan, karena bisa menimbulkan situasi yang tidak aman.

“Kekerasan jangan dilawan dengan kekerasan. Lawanlah kekerasan itu dengan cara yang bijaksana,” pinta Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi dalam ceramahnya pada “Haul Masyayikh dan Pengajian Akbar” di Alun-alun Kota Jember, Jawa Timur, Sabtu (2/6) lalu. Demikian dilaporkan Kontributor NU Online di Jember MN Harisudin.

<>

Menurut Hasyim, banyakya aliran dan gerakan yang masuk ke Indonesia, tidak lepas dari kebijakan pemerintah. Dulu, katanya, saat Soeharto berkuasa, tidak semua aliran dan gerakan boleh masuk ke Indonesia. “Tapi sekarang semua bisa masuk dengan mudah,” tandasnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur, itu, mengatakan, aliran dan gerakan itu berasal dari dua wilayah, yaitu Timur Tengah dan Barat. Tujuannya sama, yakni menghancurkan Islam dari dalam, setidaknya membuat keributan dalam Islam.

Ia mencontohkan kelompok yang tergolong kelompok Islam garis keras, yakni Hizbut Tahrir. Padahal, menurutnya, mereka dan kelompok sejenis, di negaranya sendiri tidak diterima. “Karena itu, kalau pemerintah menerima itu, berarti menamam bibit yang berpotensi menimbulkan perpecahan,” tukasnya.

Mantan Ketua Pengurus Wilayah NU Jatim itu juga mengaku heran kepada kelompok yang kerap mengkafrikan sesama umat Islam yang tidak sepaham dengan alirannya. Padahal, pengertian kafir sudah jelas. “Yang lebih heran lagi, saya pernah debat dengan kelompok mereka, yang mengaku Islam-nya paling benar, tapi ternyata tidak bisa baca Al-Quran”, tukasnya

Acara itu sendiri dihadiri puluhan ulama, seperti KH Khotib Umar, KH Muchit Muzadi, KH A Syadid Jauhari, KH Muzakky Syah, Hj Nihayah Ahmad Shiddiq, Hj Wahibah Faruoq. Sekitar 20 ribu orang yang memadati alun-alun, tak beranjak dari tempat, tetap menyimak ceramah Hasyim meski hujan deras mengguyur tempat tersebut. (rif)