Warta

Hasyim: Ideologi Transnasional Masuk Sejak Reformasi

Rabu, 16 Mei 2007 | 08:42 WIB

Jakarta, NU Online
Kebebasan dan keterbukaan yang seakan tanpa batas sejak era reformasi memberi jalan bagi masuknya berbagai macam ideologi dari luar ke Indonesia. Celakanya, ideologi-ideologi yang umumnya tak memiliki akar budaya setempat itu masuk tanpa kontrol dari bangsa Indonesia.

Demikian dikatakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi saat menjadi pembicara utama pada Sosialisasi Peraturan Bersama Menag-Mendagri No 9 dan 8 Tahun 2006 yang digelar Pengurus Pusat Lembaga Dakwah NU, di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Selasa (15/5) kemarin.

<>

“Tumbuh dari situasi makro Indonesia, reformasi. Reformasi yang ultrademokrasi dengan kebebasan yang begitu terbuka. Pengaruh asing masuk, seperti fundamentalisme, ekstrimisme, ateisme, liberalisme, dan sebagainya,” terang Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur, itu.

Ia menjelaskan, pengaruh-pengaruh asing yang masuk ke Indonesia itu dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok gerakan, terutama kelompok gerakan keagamaan Islam. Pertama adalah kelompok Islam yang menolak sikap saling menghargai atau tidak toleran. “Kelompok ini cirinya mudah sekali mengkafirkan orang lain,” katanya.

Umumnya, kata Hasyim, mereka mengikuti gerakan politik dari kelompok-kelompok di Timur Tengah (Timteng), seperti Hizbut Tahrir, Majelis Mujahidin, Jaulah, Al-Qaeda, dan lain-lain. Sehingga, tampak seakan-akan segala sesuatu yang diperjuangkan di negara-negara Timteng itu juga harus diterapkan di Indonesia.

“Padahal, kelompok-kelompok (di Timteng) itu, di negaranya saling bertentangan. Tidak hanya bertentangan antar-kelompok, tetapi juga pada negara atau pemerintahnya. Kalau kita mengikuti mereka, maka kita akan jadi bagian masalah mereka,” papar Presiden World Conference of Religions for Peace itu.

Sedangkan, kelompok kedua adalah kelompok yang mengusung dan menyebarkan paham kebebasan atau liberalisme. “Kelompok ini, kerjaannya atau cirinya membongkar akidah dan fanatisme orang beragama,” pungkasnya.

“Dididiklah anak-anak NU bahwa abortus (pengguguran kandungan, Red) itu halal. Sebetulnya tidak hanya anak-anak NU, tapi juga anak-anak Muhammadiyah juga kena,” tambah mantan Ketua Pengurus Wilayah NU Jatim itu.

Menurut Hasyim, dua paham yang saling bertentangan yang dibawa masing-masing kelompok itu kemudian menjadi pemicu berbagai konflik antar-agama maupun intra agama. Belakangan muncul kasus-kasus pelecehan terhadap agama Islam di Batu (Malang). Kasus terbaru ditemukannya Kitab Suci Al-Quran yang disisipi Injil di Jombang, Jatim. (rif)