Warta

PBNU: Masyarakat Harus Tolak Provokasi Agama

Senin, 19 September 2011 | 06:30 WIB

Jakarta, NU Online Masyarakat perlu mewaspadai adudomba menyikapi berbagai peristiwa komunal masyarakat sejak dari konflik Papua, Ambon, Poso, Makassar dan lain-lain. Sebab, diyakini ada pihak-pihak tertentu yang sengaja mengobarkan konflik di tengah masyarakat.
Apapun tujuannya kita harus menolak usaha perusakan kondisi damai dan harmoni selama ini.
<>
“Peristiwa pemanahan dan pembacaokan atas muslim di Papua, meninggalnya tukang ojek yang kebetulan beragama Islam di Ambon, pembakaran Gereja Katholik di Poso, bentrok antarkomunitas Banjar di Bali, perusakan kampus universitas di Kendari, selalu disertai dengan provokasi yang sangat luas melalui teknologi informasi. Seperti pesan singkat (sms) ke berbagai pihak,” tandas Ketua PBNU H Slamet Effendy Yusuf di Jakarta, Senin (19/9).

Menurut Ketua MUI Pusat ini ada pola yang selalu sama dalam konflik tersebut. Ketika terjadi sebuah peristiwa biasanya segera disertai dengan penyebaran sms, provokasi, yang memanaskan suasana. “Itu terjadi sejak bulan Puasa 1432H/Agustus 2011 M hingga sekarang,” katanya.

Slamet menilai, selalu menimbulkan pertanyaan; apakah peristiwa itu kejadian biasa atau rekayasa? Oleh sebab itu, PBNU menyerukan dua hal: Pertama, masyarakat khususnya umat beragama harus menolak ajakan untuk berkonflik, karena apapun bentuk konflik social tersebut akan merugikan masyarakat sendiri. Kedua.aparat keamanan agar mencari dan mengungkap provokator dan pelaku.

“Ungkap motifnya dan tangkap pelakunya,” ujar mantan Ketua Umum PP GP Ansor ini.
Dalam waktu yang sama tokoh masyarakat diharapkan segera mengambil langkah damai bila terjadi peristiwa apapun yang dapat dikapitalisasi menjadi penyebab konflik sosial tersebut.

 

Penulis: Achmad Munif Arpas