Warta

Pemerintah Harus Serius Tangani Teroris

NU Online  ·  Kamis, 9 September 2004 | 12:14 WIB

Jakarta, NU Online
Persoalan teroris harus ditangani secara serius dan komprehensif oleh segenap komponen bangsa, karena kejahatan teroris sudah diambang batas kemanusiaan dan menjadi kegelisah masyarakat global.

"Jangan biarkan kejadian ini berulang-ulang, seluruh komponen bangsa harus selalu bahu membahu menumpas dan mencari solusi dari tindakan terorisme ini," ungkap Sekretaris Jenderal PBNU Muhyidin Arubusman kepada NU Online, Kamis (9/09).

<>

Menurut dia, melihat konstelasi politik internasional sekarang ini, besar kemungkinan pelakunya adalah jaringan intelijen asing yang ketakutan atas kebangkitan fundamentalisme Islam di Indonesia. Jaringan intelijen asing, menurut Muhyidin, tidak terlepas dari jaringan anti-terorisme yang disponsori Presiden AS, George W Bush, dan para koleganya antara lain Australia dan Zionis Israel.

"Saya menduga ledakan bom di dekat Kedubes Australia di Jakarta akan menjadi konsumsi kampanye hitam PM Australia, John Howard, untuk mempermasalahkan kelompok  fundamentalisme Islam Indonesia," kata anggota DPR FKB yang akan segera di lantik ini .

Peledakan bom yang mendapat kritik tajam dari dalam dan luar negeri ini, menurut Muhyidin, dimaksud sebagai bagian dari upaya pembenaran setiap langkah agresif pihak eksternal terhadap Indonesia di masa depan. Indonesia sebagai negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia, sejak lama menjadi target atau sasaran petualangan jaringan imperialisme Barat yang anti-Islam, dimana Australia memainkan peran penting dalam jaringan dimaksud.

Namun, lanjut Muhyidin tidak tertutup kemungkinan peledakan ini oleh kelompok-kelompok radikal di tanah air yang tidak puas dengan situasi Indonesia sekarang ini dengan menumpangi isu-isu terorisme. Apalagi menjelang pemilu presiden putaran kedua sangat rawan dengan intrik dari kelompok-kelompok kepentingan yang menginginkan keadan Indonesia tidak stabil.

Dijelaskan Muhyidin, kelompok dimaksudberkepentingan memecah belah dan menyudutkan umat Islam Indonesia melalui berbagai manuver politik, militer dan membuat keonaran melalui peledakan bom. "Serangkaian aksi manipulatif dengan membuat keresahan di jantung wilayah Indonesia, pihak asing yang agresif tidak hanya lepas dari prasangka dan reaksi internasional, tetapi juga mendapat pujian dan simpati sebagai pihak yang seolah-olah dikorbankan," ujarnya.

Untuk itu kedepan, peran-peran tokoh masyarakat dan ulama harus lebih ditingkatkan dengan menyampaikan paham moderasi islam yang damai dan toleran kepada umatnya. Karena persoalan ini tidak semata-mata kesalahan dari kelompak yang memahami islam agak kurang pas,  tapi pemahaman itu juga harus di jelaskan dan disosialisasikan kepada kelompok manapun.

"Mekanisme apa yang digunakan, cara-cara apa yang digunakan harus sesuai dengan koridor islam yang rahmatan lil alamin, " katanya.  Peran inilah yang harus mainkan oleh NU, MUI, Muhammadiyah dan kelompok islam yang lain, agar tidak menambah buruk citra islam akibat ulah kelompok radikal yang tidak bertangggung jawab," tambahnya.

Jika memang kita ingin terorisme tercerabut dalam politik Indonesia, lanjut mantan ketua umum PMII ini, sudah saatnya Islam moderat dan mainstream melontarkan kecaman lebih keras, lebih langsung, lebih sering, lebih apa adanya, lebih to the point secara publik atas "pembajakan" Islam oleh kelompok radikal yang membenarkan terorisme itu. (cih)