Warta

Potensi I’anah Syahriyah NU Sangat Besar

Selasa, 30 November 2004 | 15:35 WIB

Solo, NU Online
Ketua PBNU yang membidani penggalian dana Ir. Mustofa Zuhad  Mughni mengemukakan agar I’anah syahriyah atau iuran bulanan untuk menjalankan organisasi NU saat ini perlu diberdayakan lagi. Dahulu, pada waktu awal berdirinya NU, sistem iuran ini bisa berjalan dengan baik, akan tetapi semakin lama semakin berkurang. Saat ini yang masih berjalan adalah jimpitan yang dilakukan Muslimat NU.

Untuk itu, yang diperlukan saat ini adalah pengembangan data base warga NU dan seberapa potensi yang mereka miliki. “Kita berharap agar pengurus PBNU yang akan datang memperhatikan masalah ini,” tandasnya.

<>Dalam hal ini paling tidak dibuat tiga kategori, yaitu pengurus, warga dan simpatisan. Selanjutnya dengan penggalian dan pengelolaan dana yang terkonsep, maka pengembangan ekonomi NU ke depan akan semakin baik.

Dalam anggaran dasar NU, disebutkan empat sumber dana dari NU, yaitu uang pangkal, I’anah syahriyah, I’anah tsanawiyah, sumbangan, dan usaha-usaha lain yang halal.

Cak Mus menilai bahwa rendahnya keterlibatan warga NU dalam memberikan iuran dimulai pada saat NU menjadi partai politik. Pada saat itu, orientasi kepengurusan berada pada tingkat cabang, karena disanalah seseorang bisa menduduki jabatan DPRD sedangkan tingkat Majelis Wakil Cabang atau setingkat kecamatan dan ranting atau setingkat desa menjadi lemah.

“Dahulu sebelum menjadi parpol, lailatul ijtima’ yang dilakukan setiap sebulan sekali pada saat bulan purnama tak lagi dilakukan dan kalau dilakukan di cabang, biayanya terlalu besar,” tandasnya.

Akibat dari hal tersebut masih terasa sampai sekarang. Dalam hal ini empowering (pemberdayaan) MWC dan ranting sangat diperlukan. Cak Mus optimis bahwa dana yang bisa digali dari masyarakat NU sangat besar. “mereka rela membantu masjid dan madrasah sangat besar, mengapa untuk NU tidak,” tandasnya.

Dalam pembahasan materi penggalian dana (30/11), diungkapkan potensi yang ada dari iuran warga nahdliyyin. Dari 60 juta warga, jika hanya diambil 1 persennya, maka akan diperoleh 600.000 orang

Dari kelompok tersebut satu persennya yang berjumlah 6 ribu orang yang dianggap memiliki potensi kemampuan tertinggi yang disebut kelompok A yang mampu menyumbang 5 ratus ribu per tahun sehingga didapat dari mereka 3 Miliar, selanjutnya dibagi lagi dalam kelompok B sebesar 5 persen dengan iuran sebesar 250. ribu per tahun.

Kelompok C sebesar 10 persen dengan jumlah iuran sebesar 150 ribu, kelompok D sebesar 25 persen dengan iuran 100 ribu per tahun dan potensi terendah dari mereka sebesar 59 persen yang menyumbang 50.ribu  per  tahun. Total dana yang didapat dari iuran tersebut bisa mencapai 52.2 M. tentu ini merupakan jumlah yang sangat besar bagi Nahdlatul Ulama.

Memang, telah terdapat  beberapa usaha yang dijalankan PBNU seperti pabrik rokok, BPR dan lain-lainnya. Dalam LPJ-nya Hasyim Muzadi juga mengemukakan bahwa beberapa gubernur di berbagai daerah telah membantu NU dengan memberikan lahan perkebunan sawit yang jika dikelola dengan baik, akan menghasilkan keuntungan yang besar.

Dana abadi di NU juga mulai dijalankan yang mana setiap periode kepengurusan, mereka diwajibkan untuk memberi tinggalan kepada pengurus berikutnya. Dalam periode kepengurusan ini, telah dihasilkan dana abadi 5 M lebih.(mkf)