Strategi Untuk Memulai Kebangkitan Bersumber pada Tauhid
NU Online · Kamis, 21 Juli 2005 | 05:34 WIB
Jakarta, NU Online
Strategi untuk memulai kebangkitan dan membangun dunia baru yang mulia bersumber pada tauhid, dan dalam operasionalnya dengan benar-benar bersyahadat, kata Pakar Agama Prof.Dr.Z.S Nainggolan,MA.
"Tauhid berarti mengesakan dan menjadikan Allah satu-satunya Tuhan, sehingga manusia itu membiarkan dirinya hanya dikuasai oleh Allah, bukan oleh hawa nafsunya," kata Nainggolan dalam orasi ilmiah berjudul "Syirik dan Tauhid" dalam pengukuhan Guru Besar bidang Ilmu Agama Islam pada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta yang dipimpin oleh Rektor UNJ Prof.Dr.Sutjipto, di Jakarta, Rabu.
<>Jika manusia telah menuhankan selain Allah dengan menuhankan hawa nafsu yakni harta, tahta dan wanita, maka manusia itu sudah melakukan syirik dan akibatnya, semua firman, aturan dan hukum Allah tak berdaya lagi. Syirik benar-benar menjadi sumber dari segala sumber kejahatan dan azab Allah, tuturnya.
Apabila manusia telah dikuasai dan diperbudak hawa nafsu, kata Nainggolan, hukum menjadi tidak berdaya, penyimpangan dan penyelewengan akan terjadi di mana-mana, maksiat merajalela dan umat manusia lainnya teraniaya. Ia memprihatinkan semakin banyaknya pejabat dan pengusaha yang bertuhankan hawa nafsu.
"Politik dan kekuasaan bukan untuk amar ma’ruf dan nahi munkar, malahan disalahgunakan menjadi alat untuk memperkaya diri dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya sendiri," ujarnya.
Dengan demikian, lanjutnya, manusia seharusnya menjadikan Tauhid menjadi sumber perilaku dan menjadi sumber dari segala kebaikan dan akhlak mulia.
Untuk menumbuh kembangkan manusia yang bertauhid dan berakhlak mulia, kata Nainggolan, jalan untuk mencapai itu harus melalui dasar, subyek, obyek, materi, metode, alat, waktu dan evaluasi pendidikan yang benar-benar sesuai tauhid atau syahadatain, dengan kata lain yang benar-benar menjalankan undang-undang sistem pendidikan nasional.
Prof.Dr.ZS Nainggolan,MA kelahiran Tapanuli, 14 Mei 1945, memperoleh gelar doctor dari UIN/IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 1996, sehari-hari menjadi dosen di fakultas Ilmu Sosial UNJ.(ant/mkf)
Terpopuler
1
Kemenag Tetapkan Gelar Akademik Baru untuk Lulusan Ma’had Aly
2
LKKNU Jakarta Perkuat Kesehatan Mental Keluarga
3
Mahasiswa Gelar Aksi Indonesia Cemas, Menyoal Politisasi Sejarah hingga RUU Perampasan Aset
4
3 Alasan Bulan Kedua Hijriah Dinamakan Safar
5
Anggapan Safar sebagai Bulan Sial Berseberangan dengan Pandangan Ulama
6
Kopri PB PMII Luncurkan Beasiswa Pendidikan Khusus Profesi Advokat untuk 2.000 Kader Perempuan
Terkini
Lihat Semua