Warta

Tahun Baru Hijriyah Diawali dengan Doa

Sabtu, 20 Januari 2007 | 04:46 WIB

Jember, NU Online
Umat Islam di berbagai daerah di Indonesia, Jum'at (19/1) tadi malam, memanjatkan doa keselamatan menyambut datangnya tahun baru Hijriyah 1428. Perpindahan tahun baru kali ini diharapkan juga berarti perpindahan atau hijrah dari yang tidak sempurna menuju ke tingkatan yang lebih sempurna, dari dosa dan salah menjadi pahala dan keutamaan.

Di Pondok Pesantren Al Qodiri Jember, malam tahun baru Islam diisi dengan menggelar hataman Al Quran bersama para santri dan warga sekitar pesantren. Para jamaah membaca doa bersama dan membaca wirid, untuk keselamatan semua umat manusia dan warga yang tertimpa musibah seperti banjir lumpur Lapindo, kapal hilang, banjir, longsor dan serangan penyakit.

<>

Pimpinan Ponpes Al Qodiri, KH Achmad Muzakky Syah, Jumat (19/1) malam, mengatakan, sebagai ummat manusia sudah saatnya melakukan kajian terhadap diri sendiri dengan menyampaikan permohonan maaf mendalam kepada Allah SWT.

Diakui atau tidak, katanya, kita sering melakukan kesalahan baik kepada manusia maupun kepada Allah dengan tetap menganggap bahwa diri kita benar.  "Kalaupun belum dikabulkan maka kita terus meminta ampun pada Allah," ujarnya.

Warga Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, juga mengadakan hataman Al-Quran di Sekretariat Cabang Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sumenep.

"Selama ini gema pergantian tahun baru Islam hampir tidak pernah dirayakan, makanya MUI memulai dengan kegiatan menghatamkan Al-Quran," ujar Ketua MUI Sumenep, KH Safraji, Sabtu.

Kegiatan menghatamkan Al-Quran, kata Safraji, akan dijadikan kalender tahunan. Masyarakat diharapkan mengikuti acara tersebut, selain memanjatkan doa juga sebagai wahana silaturrahmi sesama muslim.

Malam Tahun Baru 1428 Hijriah di Semarang, Jawa Tengah, dirayakan secara sederhana dan bernuansa kontemplasi tanpa ada bunyi trompet dan konvoi kendaraan bermotor seperti ditemui setiap pergantian tarikh Masehi.

Menyambut datangnya bulan Muharam atau Sura, Kamis malam, warga Kota Semarang berkumpul untuk tirakatan yang diselenggarakan secara swadaya oleh warga tingkat RT, RW, maupun kelurahan.

Berbeda dengan pergantian tahun baru tarikh Masehi yang disambut gegap gempita, malam satu Sura ini disambut dengan segala kesederhanaannya. Aneka makanan yang disajikan semuanya bernuansa tradisional, termasuk nasi tumpeng. Kalau pun ada hiburan, berkaraoke bersama sudah mampu memberi kegembiraan warga.

Di  Yogyakarta umat Islam menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1428 Hijriyah dengan melakukan berbagai kegiatan religius di antaranya pengajian maupun tadarus Al Quran di masjid-masjid, Jumat malam.

Di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta tampak puluhan umat Islam dengan tekun melakukan kajian dan tadarus kitab suci Al-Quran dipimpin seorang ustadz.

Tadarus Al Quran yang diselenggarakan Takmir Masjid Gedhe itu, dimaksudkan agar jemaah Masjid Gedhe Kauman bisa mendalami isi Al Quran.

 "Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menghindarkan umat Islam melakukan kegiatan di luar ajaran agamanya serta yang bisa menjauhkan dari keimanan mereka," kata salah seorang pengurus Takmir Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta yang enggan disebut namanya. (ant/fur/nam/han/sam)