Tradisi Mengandalkan Keturunan di NU Perlu Diubah
NU Online · Selasa, 2 Desember 2008 | 10:16 WIB
Nahdlatul Ulama (NU) merupakan sebuah komunitas yang memiliki ikatan kuat yang dipimpin para kiai. Pada masa lalu, kiai dan keluarganya mendapat peran istimewa dalam banyak hal. Di masa mendatang, semuanya harus didasarkan para profesionalitas.
Demikian dikatakan Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj dalam tausiyahnya pada Malam Tasyakuran 5 tahun NU Online di Jakarta, pekan lalu. “NU bukan milik keluarga tertentu, gus tertentu, NU milik kita semua,” katanya.<>
Dikatakannnya, kalau hanya keturunan yang diandalkan, pengkaderan akan mengalami kemandekan, regenerasi akan mengalami macet, yang ada hanya titipan-titipan yang semuanya berorientasi primordial.
Sebenarnya, dalam Islam, menghargai keturunan seseorang diperbolehkan. Terbukti Rasulullah meminta agar anak keturunannya, yang sekarang dikenal dengan sebutan habib, dihormati.
“Ini yang perlu dipikirkan bersama, syukur-syukur, ya, darah biru, ya profesional, ya jujur,” katanya. (mkf)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
2
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
3
5 Poin Maklumat PCNU Pati Jelang Aksi 13 Agustus 2025 Esok
4
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
5
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
6
Kantor Bupati Pati Dipenuhi 14 Ribu Kardus Air Mineral, Demo Tak Ditunggangi Pihak Manapun
Terkini
Lihat Semua