Daerah

Kiai Marzuki Ingatkan Nahdliyin Tidak Keluar dari Barisan NU

Kamis, 20 Februari 2020 | 02:30 WIB

Kiai Marzuki Ingatkan Nahdliyin Tidak Keluar dari Barisan NU

Ketua PWNU Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar. (Foto: NU Jatim Online)

Kendal, NU Online 
Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Marzuki Mustamar mengingatkan warga NU untuk tetap dalam barisan jamaah organisasi NU. Sebab, ada banyak golongan di luar NU yang bergaya sunnah tapi justru mengajak mengingkari sunnah Nabi Muhammad SAW.
 
"Hati-hati, jangan keluar dari NU. Yang katanya sunnah tapi ternyata mengingkari sunnah," kata Kiai Marzuki saat memberikan ceramah kegiatan Peresmian PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan RSNU (Rumah Sakit Nahdlatul Ulama) Kendal, Jawa Tengah, Selasa (18/2).
 
Kia Marzuki menyebut beberapa hadits shahih riwayat Imam Bukhori yang menjelaskan tentang diperbolehkannya wasilah, membaca basmalah surat fatihah dengan keras, qunut shalat subuh, bersalaman setelah shalat, membaca wirid dengan suara keras setelah shalat, kenduri, rebana, dan sebagainya. Namun amaliyah yang biasa dilakukan oleh NU tersebut dinyatakan bid'ah oleh banyak golongan, utamanya Wahabi. 
 
Menegaskan senada, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siraj mengatakan bahwa NU berada di jalur yang benar seraya mengajak ribuan warga yang hadir menirukan ucapannya. "Nahnu ashabul haqq, alhaqquddin walwathan. Benar dalam cara beragama, benar dalam cara berbangsa dan bernegara," kata Kiai Said diikuti ribuan jamaah yang memadati lokasi tersebut.
 
Lebih lanjut, ia mengingatkan pentingnya membaca Al-Qur'an yang mujawad. Saat ini, kata Kiai Said, ada salah satu ormas Islam yang cara pakaiannya selayaknya Arab, berjubah, akan tetapi tidak mampu melafalkan Al-Qur'an dengan baik dan benar. "Jangan sampai pengurus NU ada yang seperti itu," kata Kiai Said dalam pidatonya.
 
Dalam kesempatan itu Kiai Said juga mengingatkan tentang kemandirian organisasi melalui koin. Koin Muktamar disebut sebagai salah satu ikhtiar menuju kemandirian organisasi agar tidak mengandalkan proposal bantuan. Dicontohkannya beberapa bangunan perguruan tinggi (UNU) yang dibangun tanpa proposal. "Muktamar ke 32, Oktober tanggal 22 sampai 27 di Lampung insyaallah tanpa proposal. NU harus mandiri, NU harus menang" tegasnya.
 
Lebih lanjut ia menuturkan, Muktamar bukanlah acara PBNU, melainkan acara warga NU. Karena itu harus didukung semua warga NU, "Muktamar iku gawene wong NU, dudu gawene pengurus PB," tandasnya.
 
Oleh karenanya, melalui Koin Muktamar ia mengajak warga NU untuk turut andil menyukseskan Muktamar sesuai kapasitas dan kemampuan. "Kita jaga Muktamar, kita kawal Muktamar. Tidak ada ribut-ribut, tidak ada," pesannya. 
 
Sebagai bentuk pertanggungjawaban akuntabilitas publik Kiai Said mengungkapkan, jika terdapat sisa koin setelah pelaksanaan Muktamar akan dikembalikan ke berbagai tingkatan NU. Sebagai jaminan, ada auditor independen yang mengawasi penggunaan koin.
 
Sebelumnya, hal senada telah dikatakan Rais Syuriah PCNU Kabupaten Kendal KH Izzudin Abdussalam, Koin Muktamar merupakan upaya menuju NU yang mandiri, maka pelaksanaan Muktamar harus diusahakan dibiayai sendiri. Selain itu ia menegaskan, infak merupakan kebutuhan bersama sebagai warga NU dan bangsa Indonesia. "Memberikan infak untuk NU yang melindungi kita dan Indonesia," ringkasnya.
 
Kontributor: A. Rifqi Hidayat
Editor: Syamsul Arifin