Daerah

Metode Dialog Tingkatkan Motivasi Belajar dan Percaya Diri Sejak Dini

Senin, 17 Februari 2020 | 19:30 WIB

Metode Dialog Tingkatkan Motivasi Belajar dan Percaya Diri Sejak Dini

ilustrasi

Jakarta, NU Online
Sebagian besar anak tidak mampu mengingat materi yang diberikan guru di sekolah. Mereka lebih condong mengingat sebuah kejadian yang dirasakan. Hal itu membuktikan bahwa tubuh lebih mudah menghafal daripada pikiran.
 
"Contoh sederhana ketika belajar sepeda, proses bagaimana pertama kali menaiki dan menjalankan sepeda, tentunya akan teringat," kata Ketua Ansor Waykanan, Lampung, Gatot Arifianto.
 
Dalam perbincangan dengan NU Online, Ahad (16/2), Gatot mengatakan banyak fakta di lapangan seperti itu. Kebanyakan anak bisa mengingat kapan pertama kali melakukan sesuatu dan umur berapa mereka belajar, tetapi kenyataannya mereka tidak bisa mengingat banyak tentang materi yang diberikan.
 
Selain tiu, penyampaian materi di sekolah-sekolah seperti SD-SMA hanya sebagai monolog, sehingga interaksi guru dengan murid kurang. Sebagai motivator, Gatot Arifianto mengatakan bahwa akan sangat baik dalam proses pembelajaran diselingi dengan metode dialog.

"Dialog dan diskusi antarkelompok jika dibiasakan akan mampu menimbulkan kepercayaan diri, di situ guru juga harus mendorong dan memberi motivasi," ujar Gatot.

Ia juga menyebutkan, banyak anak muda lulusan SMA/SMK setelah lulus tidak bisa berbicara di depan publik. Menurut dia, hal itu terjadi karena ada rasa ketakutan atau bayang-bayang akan kesalahan yang dapat membuat dirinya malu. Sehingga, mereka pasrah dan menganggap itu sebagai takdirnya.
 
"Takdir manusia, Allah yang memberikan, tetapi manusia bisa mengubah takdir yang buruk menjadi baik, dengan cara salalu berusaha memberikan energi positif pada diri sendiri, misal dengan menyugesti untuk selalu percaya diri, rasa semangat juga bisa membantu rasa percaya diri," paparnya.
 
Pria yang juga Dewan Pakar Pengurus Cabang Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Kabupaten Waykanan, Gatot Arifianto sering terjung ke lapangan melihat dan mendampingi langsung proses pembelajaran di kalangan siswa SD hingga SMA/SMK. Menurutnya guru harus bisa memberikan waktu bagi murid untuk menjelaskan secara singakat materi yang telah dibahas.

"Setelah proses pembelajaran, seharusnya setiap murid diberi waktu satu menit untuk menjelaskan kembali materi secara singkat. Hal itu dapat dilakukan dengan berdiri di depan kelas. Selain itu guru harus bisa memberikan suasana tenang dan nyaman, misal dengan menghilangkan rasa takut atau grogi dan selalu mengapresiasi hasil pencapaian murid tersebut, benar atau salah tidak perlu ditertawakan, yang penting kasih A plus dulu," ia memberikan tips.
 
Kontributor: Jarwono
Editor: Kendi Setiawan