Fragmen

Batu Bertebangan dan Sebuah Bungkusan Melayang

Ahad, 6 April 2014 | 12:00 WIB

Pada acara kampanye NU di kawasan Cibugel, Kabupaten Sumedang yang berbatasan dengan Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, saya bertugas mengawal KH Subki (Syuriah NU Kabupaten Sumedang), Drs Hafidz Usman (Caleg NU untuk DPRD Provinzi Jabar).
<>
Suasana di lapangan amat menegangkan.Warga NU yang sudah berkumpul dicoba dibubarkan oleh bintara pembina desa (Babinsa) dibantu belasan Hansip. Tapi warga menolak. Terjadi keributan.

Saya diperintahkan oleh Pak Hafidz untuk menenangkan massa. Saya datangi Babinsa dan Komandan Hansip. Tanpa bicara sepatah pun, saya tatap mata mereka tajam-tajam. Mula-mula mereka berani melotot. Tapi lama-lama tak tahan juga melawan tatapan mata saya yang sudah disepuh “kanuragan”. Akhirnya mereka keluar dari tengah massa. Berkumpul di bawah pohon di pinggir lapangan.

Acara kampanye dimulai oleh KH Subki. Setelah itu Pak Hafidz. Baru beberapa menit beliau pidato, sebuah batu sebesar kapalan tangan, melayang ke panggung. Jatuh tak jauh dari kaki beliau. Saya segera naik. Membuka jaket Banser yang berwarna loreng hitam hijau. Bersiap menadah lemparan batu.

Betul saja. Sebuah batu melayang lurus ke arah Pak Hafidz. Saya kibaskan jaket. Batu itu kembali terpental ke arah semula. Duk, tepat mengenai kening pelemparnya. Ia terjengkang. Dahinya mengeluarkan darah. Cepat diangkat oleh beberapa orang Hansip. Datang lagi lemparan batu lain.Kembali saya kibaskan jaket. Dan kembali batu itu menimpa kepala pelemparnya. Begitu terus.

Selama Pak Hafidz pidato tak kurang dari lima lemparan batu. Dan lima orang pelempar terjungkal. Kepalanya benjol sebesar kepalan tangan.

Selesai Pak Hafidz pidato, tiba-tiba melayang sebuah bungkusan daun diikat tali bambu. Saya hadang dengan kebutan jaket. Bungkusan itu balik kembali ke arah pelemparnya. Brak, bungkusan hancur lebur. Isinya ternyata kotoran kerbau. Muncrat ke mana-mana setelah pecah di atas kepala pelemparnya. Tak urung, beberapa warga NU peserta kampanye kebaguan cipratan cairan hijau berbau busuk itu. Mereka menjerit sambil berlarian. Untung kampanye sudah selesai.

Pak Hafidz, berhasil duduk menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Barat (1971-1977), bersama tujuh caleg NU lainnya. Tahun 1977-1982, ia bersama tujuh anggota DPRD Jabar fraksi NU itu, masuk Senayan. Menjadi anggota DPR-RI Fraksi PPP. Dari dapil Jabar, PPP mendapat 14 kursi. Delapan kursi diisi wakil NU.

Kini Pak Hafidz menjadi Ketua MUI Jawa Barat. Pernah menjadi Ketua Syuriah PBNU. Jika kebetulan bertemu, beliau selalu teringat kisah bungkusan berisi kotoran kerbau pada kampanye NU tahun 1971. (Bersambung)


Terkait