Waketum PBNU Jelaskan Keistimewaan Belajar di Pesantren dengan Sanad
Jumat, 27 Juni 2025 | 10:00 WIB

Wakil Ketua Umum PBNU KH Zulfa Mustofa saat menyampaikan mauidzah hasanah di Pesantren Bahrul Ulum, Rabu malam (25/6/2025). (Foto: Pesantren Bahrul Ulum)
NU Online Jombang,
Ribuan santri dan alumni memadati Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas dalam rangka Haul Masyayikh dan pengajian umum, Rabu (25/6/2025) malam. Acara ini juga sekaligus menjadi rangkaian peringatan 2 abad Pesantren Tambakberas yang puncaknya akan digelar pada 25 Oktober 2025 mendatang.
Acara tersebut juga dihadiri oleh Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Zulfa Mustofa, yang menyampaikan mauidzah hasanah. Dalam tausiyahnya, ia menekankan pentingnya belajar agama melalui jalur pesantren karena keilmuannya yang bersanad.
"Belajar langsung dari pesantren pasti berbeda dengan belajar ketika mengambil agama dari social media atau tempat-tempat yang tidak bersanad. Sanad dalam mencari ilmu adalah laksana emas," ujar Kiai alumnus Pondok Pesantren Mathali'ul Falah Kajen Pati, Jawa Tengah ini.
Ia menegaskan bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang paling aman untuk belajar agama.
"Hari ini kalau kita ditanya belajar agama paling aman di mana? Jawabannya adalah di pesantren, karena keilmuannya jelas. Dengan syarat memenuhi kriteria pesantren. Pesantren dikatakan pesantren kalau ada tiga unsur. Satu ada kiai atau bu nyai yang mau istiqamah mengajar. Kedua, kalau ada santri yang mau belajar kepada kiai dan bu nyai. Ketiga, baru disebut pesantren itu dipelajari kitab kita tsurots atau kitab-kitab kuning," tambahnya.
Kiai Zulfa juga menyebut nama besar Bahrul Ulum tidak dapat dipisahkan dengan nama besar KH Wahab Chasbullah. Mbah Wahab terangnya, adalah sosok penggerak NU paling terkenal dari Bahrul Ulum.
"Mbah Wahab Hasbullah adalah representasi dari Bahrul Ulum yang paling terkenal. Kita ini beruntung kalau belajar di pesantren seperti ini, berarti kita sudah belajar agama Islam dari sumbernya," terangnya.
Keberkahan menjadi santri, menurutnya tidak akan pernah luntur asalkan masih ada kiai dan bu nyai yang mengajar ngaji di pesantren.
"Saya percaya keberkahan pondok seperti Bahrul Ulum Tambakberas, pondok pesantren di bawah RMINU. Pesantren ini masih eksis karena masih ada kiai atau bu nyai yang ngajar ngaji," tegas Kiai yang juga menerima gelar Doktor Kehormatan dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya ini.
Selengkapnya klik di sini.