Warta

Cinta Dunia Menjadikan Manusia Lupa Diri

Jumat, 22 Agustus 2008 | 20:42 WIB

Bandung, NU Online
Di saat manusia berfikir tentang keduniaan, di saat itu pula ia telah menjauhkan diri untuk bertaqarub kepada Allah SWT.

Demikian disampaikan Wakil Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat KH Sofyan Yahya, MA dalam pengajian rutin hari Jum’at pagi, awal bulan lalu, di Pondok Pesantren Darul Ma’arif Rahayu Margaasih Bandung.<>

Pengajian yang diikuti oleh santri dan sesepuh pesantren berlangsung khidmat dan khusyu. Para jamaah mendengarkan nashihat-nashihat Kiai.

Menurut pengasuh, tujuan awal pengajian tersebut agar jama'ah yang kebiasaan di lingkungan pengusaha tersebut bisa mengenal pemahaman agama lebih jelas. Makanya kitab yang diaji adalah kitab-kitab tasawuf.

Kiai Sofyan saat memberi pengajian itu mengatakan, manusia terlalu cinta dunia ketimbang cinta Allah. “Manusia selalu berlebihan menghaturkan terima kasih atas permberian orang lain ketimbang Allah karena pada hakikatnya Allah yang memberinya,” katanya.

Di saat hari-hari disibukan dengan musim pilkada, satu sama lain calon pejabat dan politisi mengumbar janji dan menghamburkan bingkisan, membuat orang lupa diri dan menuruti terhadap siapa yang memberi.

Hal tersebut berdampak negatif, karena masyarakat hanya ingin mengandalkan pemberian bukan mengandalkan kerja keras. Dikatakan Kiai Sofyan, makan atas keringat sendiri jauh lebih baik dan barokah ketimbang dari orang lain yang belum jelas bermanfaat.

Tambahnya, jika ingin mencari karunia Allah telah jelas nampak dalam kehidupan kita sehari-hari. Di dalam diri tubuh manusia terdapat banyak renungan nikmat untuk disyukuri.

Betapa tidak, nikmatnya sehat, bisa berjalan, bisa bekerja dilupakan sebagai nikmat. Selama ini nikmat yang dirasakan oleh manusia selalu dinilai dari harta yang berlimpah, rumah megah, mobil mewah, tanah terhampar luas dan uang tersimpan banyak.

“Padahal nikmat yang sesungguhnya adalah semua yang dimiliki adalah karunia Allah SWT untuk disyukuri dengan cara menggunakan sesuai tujuan nikmat tersebut.”

Kiai Sofyan menjelaskan, umat Islam diwajibkan untuk berikhtiar mencari rizki, namun bukan untuk kemewahan yang harus dipamerkan, bukan pula untuk dibanggakan dan ingin mendapat kedudukan terhormat di tengah-tengah masyarakat. Semua itu titipan dari Allah SWT untuk dipergunakan sesuai amanat-Nya. (din)


Terkait