Warta

Diminta Kenalkan NU Sebagai Islam Moderat

Kamis, 4 Mei 2006 | 17:22 WIB

Jakarta, NU Online
Hari ini, Jum’at (5/5) lima kader Nahdlatul Ulama (NU) berangkat ke Amerika Serikat (AS). Mereka akan mengikuti pendidikan Community Leader Programe (Program Pemimpin Komunitas) selama tiga minggu, tanggal 7-28 Mei 2006.

Program yang merupakan hasil kerjasama antara PBNU dengan CCE (Center for Civic Education) dan Heartland (sebuah lembaga di bawah Departemen Dalam Negeri AS) ditujukan untuk meningkatkan kualitas kader NU terutama kalangan pesantren.

<>

Kelima kader terbaik NU yang merupakan perwakilan dari Pondok Pesantren (Ponpes) itu antara lain, Imron Rosidi (Ponpes Sidogiri, Pasuruan), Ari Hikmawati (Ponpes Al-Muayyad, Solo), Muhammad Harris  (Ponpes Zainul Hasan, Probolinggo), Najlatun Naqiah (Ponpes Syeh Abdul Qodir Jaelani, Probolinggo) dan Winarti (PB PMII, Jakarta).

Selama di negeri Paman Sam, para kader NU tersebut akan belajar banyak hal, terutama tentang demokrasi dan toleransi. Uniknya, di sana mereka akan tinggal bersama warga AS. Hal itu dilakukan agar mengetahui secara persis bagaimana perilaku warga AS terutama dalam hal toleransi.

Sehari sebelum berangkat, Kamis (4/5) para kader NU tersebut dijamu di rumah Direktur Program CCE William Ryan di Jalan Jambu, Jakarta Pusat.

Kepada para kader NU tersebut, William mengatakan bahwa selama ini masyarakat AS tidak begitu mengenal NU. Oleh karenanya, ia meminta, kesempatan untuk berkunjung ke AS ini harus dimanfaatkan dengan baik untuk mengenalkan NU sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia.

“Selama ini masyarakat Amerika tidak tahu NU. Saya mau kalian memperkenalkan NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia kepada masyarakat Amerika,“ ungkap William.

Selain itu, Willam meminta agar kader NU dapat memperkenalkan bahwa NU adalah organisasi Islam yang moderat sekaligus merubah citra Islam Indonesia di mata warga AS. Pasalnya, selama ini Islam Indonesia ini diidentikkan dengan terorisme.

“Beritahu kepada masyarakat Amerika bahwa NU adalah organisasi Islam yang moderat, cinta damai, tidak suka kekerasan. Beritahu juga masyarakat Amerika bahwa Indonesia bukanlah sarang teroris, sebagaimana selama ini dianggap seperti itu,“ terang William. (rif)


Terkait