Warta

Ketika Sang Mursyid Membai’at Anak Kampus

Jumat, 13 Januari 2012 | 21:18 WIB

Malang, NU Online
Ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi langsung bergegas merapat, mendekati Habib Lutfi bin Ali bin Yahya, sang mursyid thariqah yang juga Rois Am Jam’iyyah Ahlilth Thariqah al-Muktabarah an-Nahdliyah. Acara pembai’atan massal segera dimulai. Ketika Habib Lutfi mengatakan bahwa ia mengijazahkan thariqah yang 'diniatkan' oleh masing-masing mahasiswa yang hendak berbaiat, maka sontak mereka mengatakan, “Qobiltu..! (Saya menerima).”<>

Habib mengatakan, “ Apakah kalian ridlo mempunyai mursyid yang seperti saya ini?”. Tanpa menunggu lama, para mahasiswa langsung menjawab setengah berteriak, “Ridlo…!”

Jum’at (13/1), selepas shalat Jum’at, di masjis Al-Muttaqin, Bululawang, Malang, para anggota Mahasiswa Ahlilth Thariqah an-Nahdliyah (MATAN) disumpahsetia atau dibaiat oleh Habib Lutfi untuk mengikuti salah satu dari aliran thariqah.

Ada enam dari sekian banyak thariqah yang diakui (muktabarah) yang menjadi idola mahasiswa ini, yakni Syaziliyah, Naqsabandiyah, Naqsabandiyah-Qadiriyah, Tijaniyah, Satariyah dan Alawiyah. Barangkali menjadi suatu kekhususan, Habib Lutfi bisa membaiat beberapa alitan thariqah sekaligus. Habib sendiri lebih dikenal dengan mursyid thariqah Syaziliyah.

Di antara sekian hal yang menarik dari Muktamar XI Jam’iyyah Ahlilth Thariqah al-Muktabarah an-Nahdliyah di Pondok Pesantren Al-Munawwariyah, Bululawang, Malang, mungkin yang paling menarik adalah fenomena “mahasiswa bertarikat”. Thariqah bagi anak kampus ini tidak biasa.

Habib Lutfi mengatakan, kata ‘maha’ dalam mahasiswa mengandung arti tanggung jawab intelektual dan disiplin keilmuan yang tinggi. “Maka yang dituntut adalah bagaimana membawa misi ke-maha-an dalam kesiswaan,” kata Habib sembari membakar semangat para murid untuk terus merenungkan 'ilmu Allah' yang tak akan habis ditulis dengan 'tinta air laut".

Habib menambahkan, bahkan kata ‘maha’ itu banyak digunakan untuk mendukung sifat-sifat ketuhanan. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa sebenarnya beban yang dipikul mahasiswa itu cukup berat.

Kehadiran mahasiswa diharapkan membawa angin baru dalam pengembangan thariqah. Setelah dibaiat, para mahasiswa harus menjunjung tinggi nilai-nilai dan ajaran tarekat. Sebelum berbaiat habib mengingatkan, berbaiat juga berarti siap untuk meninggalkan dosa-dosa besar, dan mengurangi dosa-dosa kecil.

Bersama mahasiswa, Jam’iyyah Ahlilth Thariqah menjajaki pola kaderisasi yang baru dan di lingkungan yang baru. “Saya hanya berpesan tiga kata, ‘Jangan Kecewakan saya,’” kata sang mursyid mengakhiri baiat massal.

Penulis : A. Khoirul Anam


Terkait