Warta

Para Da’i NU Rapatkan Barisan

Jumat, 28 April 2006 | 06:33 WIB

Jakarta, NU Online
Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) IV Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (PP LDNU) di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, yang telah dilaksanakan sejak Rabu lalu berakhir Jum’at (28/4). Mukernas ditutup oleh Ketua PBNU KH. Said Aqil Siradj dengan menghasilkan beberapa kesepakan, antara lain, LDNU akan segera mengumpulkan para da’i NU seluruh Indonesia untuk melakukan konsolidasi nasional.

Sekretraris PP LDNU Khoirul Huda Basyir mengatakan, acara konsolidasi nasional itu akan dilaksanakan pada Juli mendatang dengan mendatangkan sedikitnya 200 da’i yang merupakan utusan dari cabang dan wilayah LDNU seluruh Indonesia. Para da’i akan membicarakan isu-isu sentral keagamaan dan kebangsaan berikut strategi dakwahnya. Beberapa isu sentral yang telah muncul antara lain soal budaya cabul dan mistik di layar televisi Indonesia, serta soal munculnya aliran-aliran keagamaan baru.

<>

”Dalam menyikapi semua isu itu LDNU selalu memegang teguh manhaj da’wah NU ala ahlussunah wal jammaah, yakni tasamuh (toleran), tawazun (seimbang ) dan juga tawasuth (jalan tengah). Saat ini ada dua aliran yang sama-sama ingin mendominasi, yang fundamental dan yang liberal. Dua-duanya bisa menjadi radikal ketika menghadapi isu-isu sentral tadi. Kita akan selalu berusaha menjadi ummatan wasathon (umat yang berada di tengah-tengah: Red),” katanya.

Saat ini, lanjut Khoirul Huda, PP LDNU sedang menyiapakan dua buku yang diperuntukkan bagi para da’i NU. Sebagian materinya diambilkan dari hasil kesepakatan Mukernas kali ini. Buku pertama berisi tentang panduan praktis ajaran ahlussunnah wal jamaah, dan buku kedua berisi potret dan konsep dakwah NU. ”Dakwah yang bil hikmah wal mauidlatul hasanah dan mujadalah billati hiya ahsan (dengan santun dan berstrategi serta mengutamakan dialog: Red)," kata Khoirul Huda.

Lebih lanjut, Mukernas IV LDNU merekomendasikan para da’i NU untuk merubah pola dakwah yang akhir-akhir ini terlalu terfokus pada persoalan perbedaan interpretasi keagamaan. Pikiran ini pertama kali dimunculkan oleh Wakil Rais Syuriah PBNU KH. Thalchah Hasan. Mukernas merekomendasikan agar dakwah NU lebih dikongkretkan ke tiga sasaran penting, yakni pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan ekonomi. (nam)


Terkait