Daerah

Begini Langkah BMTNU Jombang Hadapi Pandemi Covid-19 yang Berkepanjangan

Rabu, 11 Agustus 2021 | 15:15 WIB

Begini Langkah BMTNU Jombang Hadapi Pandemi Covid-19 yang Berkepanjangan

Ketua BMTNU Jombang, H Khoirul Anam. (Foto: Istimewa)

Jombang, NU Online
Masa pandemi Covid-19 yang cukup panjang ini cukup berdampak kepada sendi-sendi kehidupan. Bukan saja cuma soal kesehatan, tetapi juga usaha-usaha ekonomi yang dikelola masyarakat atau komunitas dituntut bisa terus survive di tengah badai virus yang mematikan ekonomi itu.

 

Di tubuh Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Jombang, Jawa Timur misalnya, terdapat usaha ekonomi yang dikelola Nahdliyin, yakni Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Baitul Mal wat Tamwil Nahdlatul Ulama (BMTNU) yang sudah berjalan sejak 8 (delapan) tahun lalu. Bila dua tahun ke belakang, BMTNU di Kota Santri ini tidak perlu memikirkan upaya-upaya pertahanan lantaran ekonomi masyarakat kian merosot, tetapi beda saat Covid-19 mengepung sejumlah kawasan di belahan negara.

 

Ketua BMTNU Jombang, H Khoirul Anam menyampaikan, pengelola BMTNU di semua level (pusat dan cabang) telah bersiap menghadapi naik-turunnya pendapatan yang dimungkinkan cenderung akan turun lepas secara berkepanjangan. Langkah yang menurutnya sedang disusun adalah mengantisipasi terjadinya hal-hal yang paling buruk.

 

"Kita sudah melakukan rapat pimpinan (Rapim) seluruh zona untuk menata teknis dan langkah dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini," ucapnya kepada NU Online, Rabu (11/8).

 

Salah satu yang ditekankan BMTNU untuk pengelola adalah melihat dan mengukur secara tepat situasi keuangan BMTNU dalam memberikan pinjaman pembiayaan kepada nasabah. Karena bila tidak cermat menghitungnya, khawatir terjadi pengeluaran yang sangat besar, sementara di waktu yang sama, BMTNU juga harus menyiapkan uang yang cukup untuk para nasabah yang lain untuk kebutuhan penarikan tabungan atau hal lain.

 

"Untuk itu kita minta seluruh pimpinan cabang menjalankan penghitungan likuiditas dalam setiap saat untuk mengantisipasi besarnya pembiayaan dan mempersiapkan dana cash untuk penarikan tabungan atau deposito," jelasnya.

 

Anam, demikian dia disapa menambahkan, BMTNU di Jombang sudah tersebar merata. Semua kecamatan dengan jumlah 21 sudah terdapat cabang BMTNU. Setiap cabang BMTNU menurutnya menghadapi situasi kebutuhan masyarakat yang berbeda. Oleh karena itu, dirinya mengimbau agar para pengelola lebih peka dalam melayani masyarakat sesuai kondisi geografisnya, tidak bisa 'dipukul' rata, terutama dalam hal persetujuan pinjaman pembiayaan.

 

"Saya tekankan seluruh pimpinan cabang membuat bisnis plan agar di dalam melangkah sesuai dengan kebutuhan di daerahnya masing-masing," ungkapnya.

 

Di samping itu, lanjut Anam, pengelola diminta untuk membuat laporan mutasi harian kepada manajer BMTNU. "Ini juga untuk mengantisipasi loss-nya di dalam menjalankan operasional," tuturnya.

 

Dalam analisanya, sementara ini pandemi memang cukup berdampak. Namun, tidak pada tingkat mengkhawatirkan. Ini ditunjukkan aset yang tetap naik, meskipun tidak begitu besar seperti sebelum pandemi. Dan Non-Performing Financing (NPF) pun tidak mengalami kenaikan, meskipun juga tidak turun secara signifikan, sehinga laba atau hasil tidak terlalu jauh dengan rencana bisnis yang dicanangkan dari tahun-tahun kemarin.

 

"Karena itu pandemi ini kita tidak dijadikan alasan untuk melakukan ekspansi di BMTNU Jombang. Justru sebaliknya, karena mungkin saja kita akan menghadapi situasi-situasi sulit di tengah pandemi," pungkasnya.

 

Pewarta: A. Syamsul Arifin
Editor: Aiz Luthfi