Subang, NU Online
Jika masuk ke kobong-kobong atau kamar di Pesantren Al-Karimiyah Kampung Pungangan, Patokbeusi, Subang, Jawa Barat, akan ditemui bendera atau logo NU atau tokoh-tokohnya, serta pendiri pesantren.
<>
Di salah satu kobong yang didirikan tahun 1971 oleh KH Abdul Karim tersebut dihuni santri bernama Anas Ali (21). Di kobong yang ditempati Ali selama lima tahun tersebut terdapat dua bendera NU.
Pertama persis di dinding di atas pintu. Bendera tersebut berwarna dasar hijau dengan aksara putih. Di sampingnya, bendera NU dengan warna dasar putih beraksara hijau. Di antara keduanya, poster Bung Karno berdiri gagah. Di samping kanan kopiah hitamnya terdapat burung Garuda dan Pancasila.
Tidak hanya itu, di salah satu dinding pesantren yang diasuh Ajengan Thola'al Badru tersebut, terdapat poster hitam putih Hadrotusy Syekh KH Hasyim Asyari. Di bagian atas poster itu tertulis kalimat dengan huruf kapital “Tegakkan Aqidah Ahlu Sunah di Indonesia”. Di bawahnya tertulis dengan kapital pula, “Aku titipkan NU ini kepadamu.”
Di dinding lain, terdapat poster Presiden Soekarno menggenggam keris bersarung dan posternya yang sedang tersenyum. Di dinding satunya lagi, kembali ada poster Kiai Hasyim As’ari.
Menurut santri bernama Dedi Setiawan (27), bendera NU tersebut diambil ketika acara Yaumul Ijtima’ yang digelar PCNU Kabupaten Subang, sekitar bulan Mei lalu.
“Kan banyak bendera-bendera di pinggir jalan. Kami ambil ketika Banser pada lengah,” ungkap Dedi yang nyantri sejak tahun 2001, di kobongnya, Kamis, (15/11), sambil tertawa.
Tapi, diakui Dedi, prilakunya yang demikian bukan didasari sikapnya yang senang mengambil milik orang lain dengan sembarangan, tapi lebih kecintaan terhadap organisasi yang didirikan di Surabaya tahun 1926 oleh para ulama tersebut.
Wakil Ketua PCNU Subang, KH Agus Syarifuddin, mengakui, sejak kepengurusannya mulai tahun 2008, membuat bendera NU seribu buah.
“Sekarang cuma tinggal sekitar 20 buah,” ujarnya.
Agus menerangkan, di setiap acara, PCNU Subang selalu memasang bendera-bendera NU di sekitar lokasi. Tapi panitia harus selalu merelakan bendera hilang.
Bendera-bendera itu selalu diambil warga, terutama santri. Jadi bendera yang seharusnya ada di pinggir jalan, malah ada di kobong. Ada yang disimpan di lemari. Bahkan dibawa ke rumahnya.
Redaktur : Hamzah Sahal
Penulis : Abdullah Alawi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
2
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
3
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
4
5 Poin Maklumat PCNU Pati Jelang Aksi 13 Agustus 2025 Esok
5
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
6
Kantor Bupati Pati Dipenuhi 14 Ribu Kardus Air Mineral, Demo Tak Ditunggangi Pihak Manapun
Terkini
Lihat Semua