Daerah

Meski Rusak Akibat Gempa, Masjid di Lumajang Ini Tetap Digunakan untuk Tarawih

Senin, 19 April 2021 | 14:00 WIB

Meski Rusak Akibat Gempa, Masjid di Lumajang Ini Tetap Digunakan untuk Tarawih

Masjid Baiturrohim di Desa/Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, tampak dari depan masih kokoh, tapi temboknya retak cukup parah (Foto: NU Online/Amir)

Lumajang, NU Online
Gempa bumi yang mengguncang Lumajang, Jawa Timur,  Sabtu (10/4) lalu masih menyisakan duka bagi para korban. Salah satunya adalah Amiruddin Zuhri. Bagian belakang rumah Ketua Gerakan Pemuda Ansor Ranting Pronojiwo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang itu, rusak cukup parah. Begitu juga mushala miliknya, juga mengalami retak temboknya.


“Walaupun retak cukup parah, mushala tersebut masih kita pakai untuk khotmil qur’an habis ashar bagi anak-anak,” tutur Amir, sapaan akrabnya di kediamannya, Ahad (18/4).


Desa Pronojiwo termasuk daerah yang cukup parah dihantam gempa bumi. Di lingkungan Ustadz Amir dan sekitarnya, sedikitnya terdapat 50 rumah yang rusak akibat guncangan gempa berkekuatan magnitudo 6,7 itu. Rata-rata temboknya retak, bahkan bolong. Walaupun begitu, rumah-rumah tersebut masih ditempati oleh penghuninya.


“Ya gimana lagi, wong itu rumah satu-satunya bagi korban. Mau tinggal di mana lagi,” jelasnya.


Yang juga cukup parah diguncang gempa bumi adalah masjid Baiturrohim yang berlokasi tak jauh dari rumah Ustadz Amir. Meski dari luar masih tampak utuh dan bagus, namun di bagian dalam, tembok masjid di sisi kiri dan kanan, juga depan banyak yang menganga akibat retak diguncang gempa bumi. Walaupun demikian, masjid tersebut tetap digunakan untuk kegiatan Ramadhan, misalnya shalat tarawih, dan sebagainya.


“Shalat tarawih tetap kita laksanakan, namun di shaf paling depan agak dimundurkan sekitar satu meter untuk jaga-jaga kalau keramik di tembok tersebut jatuh karena retak cukup parah,” ungkap Ustadz Amir.


Bagi warga sekitar,  masjid tersebut menjadi tumpuan karena itulah satu-satunya masjid di lingkungan tersebut. Karena itu, walaupun retak dan beberapa bagian masjid rusak, warga tetap menggunakannya untuk shalat tarawih dan  kegiatan Ramadhan lainnya.


“Ramadhan adalah bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam, karena itu meskipun masjidnya rusak tapi tetap ramai oleh jamaah, seakan-akan tidak ada apa-apa,” urainya.


Ustadz Amir mengisahkan, gempa tersebut terjadi sekitar pukul 14.00 WIB. Saat itu, sebagian warga istirahat dan sebagian yang lain akan melakukan shalat dzuhur. Tiba-tiba bumi bergoyang, warga panik. Kalimat  ya Allah bersahut-sahutan muncul dari lisan warga yang berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Dan benar, dalam hitungan detik, rumah mereka banyak yang rusak, ada yang atapnya ambruk, temboknya terbelah, dan sebagainya.


“Hingga saat ini kami masih menunggu bantuan dari pemerintah dan pihak-pihak terkait,” pungkasnya.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin