Alasan Ibunda KH Hasyim Asy'ari Dipanggil Winih
NU Online · Kamis, 10 September 2020 | 15:15 WIB
Nama adalah doa, mungkin inilah yang menjadikan orang-orang memanggilnya 'Winih' atau dalam Bahasa Jawa artinya bibit atau benih. Nama aslinya Halimah, perempuan yang lahir tahun 1268 Hijriah atau bertepatan 1851 Masehi ini adalah putri dari Kiai Usman, kiai besar, mashur dan alim pengasuh pondok pesantren ternama pada abad XIX di Nggendang, Jombang, Jawa Timur.
Dalam asuhan Kiai Usman, santri yang datang ke pondok tidak hanya seputar Jawa Timur tapi juga berasal dari luar daerah hingga luar pulau Jawa. Letaknya yang strategis di wilayah pinggiran Jombang menjadi kelebihan tersendiri untuk ketenangan santri saat belajar, selain itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pondok Kiai Usman dekat dengan pasar sehingga memudahkan santri jika ingin belanja.
Meski bahagia dengan keadaan pondok yang ramai dengan santri, namun kehidupan Kiai Usman sedikit kurang beruntung di awal-awal saat berumah tangga. Bagaimana tidak, setiap kali memiliki keturunan, putranya seringkali meninggal saat kecil.
Beberapa anaknya tidak berumur panjang, sampai akhirnya lahirlah seorang putri yang diberi nama Halimah yang akrab dipanggil Winih. Alhamdulilah, putri Kiai Usman kali ini benar-benar menjadi 'benih' dengan kelahiran adik-adiknya, yakni Muhammad, Leler, Fadhil, dan Arif.
Winih kecil tumbuh ceria, dia menjadi penghibur Kiai Usman saat letih usai mengajar dan menjadi cahaya mata atas penantian keturunan yang selama ini menjadi asa. Ketika genap berumur 4 tahun, Winih dijodohkan dengan seorang santri alim yang disayangi Kiai Usman, bernama Asy'ari, pemuda umur 25 tahun asal Demak yang meninggalkan kampung halamannya nyantri di Jombang.
Perjodohan ini terkesan tiba-tiba, lantaran Kiai Usman mendadak sakit dan keluarga serta santri-santri khawatir jikalau beliau wafat sementara tidak ada penerus pengasuhan pondok. Karena itu, melalui musyawarah mufakat maka dipilihlah Asy'ari, yang memang selama ini seringkali mewakiki K. Usman ketika beliau berhalangan memberikan pengajian atau hal lainnya.
Tepat tahun 1217 Hijriyah atau bertepatan dengan 1855 Masehi, Kiai Asy'ari pun resmi ditunangkan dengan Nyai Halimah dengan persetujuan Kiai Usman yang saat itu masih terbaring sakit.
Pernikahan antara Kiai Asy'ari dan Winih atau Nyai Halimah pun berlangsung. Mereka hidup harmonis hingga setelah 16 tahun kemudian, lahirlah bayi laki-laki mungil pada hari Selasa Kliwon, tanggal 24 Dhulqo'dah 1287 Hijriah/14 Februari 1871 Masehi, yang diberinama Muhammad Hasyim atau yang dikenal saat ini Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari, pendiri organisasi terbesar di Indonesia, Nahdhatul Ulama (NU).
Penulis: Nidhomatum MR
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Maulid Nabi dan 4 Sifat Teladan Rasulullah bagi Para Pemimpin
2
Jadwal Puasa Sunnah Sepanjang Bulan September 2025
3
DPR Jelaskan Alasan RUU Perampasan Aset Masih Perlu Dibahas, Kapan Disahkan?
4
Pengacara dan Keluarga Yakin Arya Daru Meninggal Bukan Bunuh Diri
5
Khutbah Jumat: Menjaga Amanah dan Istiqamah dalam Kehidupan
6
Gus Yahya Ajak Warga NU Baca Istighfar dan Shalawat Bakda Maghrib Malam 12 Rabiul Awal
Terkini
Lihat Semua