Fragmen

Mama Sempur dalam Kitab Cempaka Dilaga: Profesi Paling Berkah adalah Tani

Rabu, 31 Juli 2019 | 22:00 WIB

Mama Sempur dalam Kitab Cempaka Dilaga: Profesi Paling Berkah adalah Tani

Minat anak muda terhadap sektor pertanian kian meningkat. (Foto. Jcomp/freepik)

Oleh Aiz Luthfi
 
KH Tb. Ahmad Bakri (1839 – 1975) atau lebih dikenal dengan Mama Sempur adalah satu di antara sekian banyak ulama yang lahir dan berdakwah di tanah Pasundan. Masa mudanya ia habiskan untuk mempelajari ilmu agama, mulai dari pesantren yang ada di Jawa, Madura sampai berguru langsung ke ulama yang ada di Mekkah Al-Mukaromah. Perjalanannya yang panjang dalam menuntut ilmu membuat nama dan juga pemikirannya banyak dikenal dan diakui oleh kalangan pesantren khususnya yang ada di tatar Sunda.
 
Kematangan ilmu agama Islam Mama Sempur kemudian dituangkan dalam puluhan kitab yang bisa ditemukan di pesantren yang ia dirikan, Pesantren Assalafiyah. Dari sekian banyak kitab yang beredar di pesantren yang berlokasi di Desa Sempur, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta itu, ada satu kitab yang terhitung unik dan menarik, yaitu kitab Cempaka Dilaga.
 
Dikatakan unik karena kitab yang selesai ditulis pada tahun 1959 tersebut adalah satu-satunya kitab karya Mama Sempur yang judulnya menggunakan Bahasa Sunda, sementara kitab-kitab karyanya lainnya menggunakan Bahasa Arab seperti Manhajul Ibad Fi Bayani Daf`il Fasad, Saif adl-Dlarib, Tabshiratul Ikhwan dan lain sebagainya. Namun demikian, antara kitab Cempaka Dilaga dan yang lainnya memiliki kesamaan, semuanya ditulis dengan aksara pegon Sunda.
 
Mama Sempur lebih dikenal sebagai ulama sufi. Umumnya konsepsi dalam dunia tasawuf mempunyai kecenderungan berfikir tentang ibadah kepada Allah dalam rangka menyiapkan bekal untuk kehidupan akhirat kelak. Sementara konten dalam kitab Cempaka Dilaga ini berisi tentang kehidupan dunia yang ditampilkan dalam bentuk usaha atau bekerja.
 
Kitab Cempaka Dilaga sebenarnya cukup sederhana. Hanya terdiri dari 24 halaman. Meski begitu, subtansi narasi yang disajikan tak berkurang. Kitab ini memuat nasihat-nasihat etos kerja yang semestinya dimiliki oleh umat Islam, di antaranya dapat langsung kita temukan di awal pembahasan yang mengecam keras terhadap perilaku malas dalam bekerja. Kecaman Mama Sempur terhadap orang yang malas bekerja ini diumpamakan seperti bangkai. Sebagaimana sifat bangkai, orang yang malas bekerja tidak ada manfaatnya sama sekali, bahkan hanya akan memberi aroma busuk terhadap orang yang ada di sekelilingnya.
 
Ketika berbicara tentang bidang pekerjaan, Mama Sempur menyatakan bahwa pekerjaan yang paling utama dalam pandangan Islam adalah bertani. Untuk itu sangat dianjurkan bagi umat Islam untuk memilih pekerjaan di bidang pertanian. Pernyataan ini dikuatkan oleh Mama Sempur dengan mengutip perintah Rasulullah Saw yang disampaikan dalam sebuah hadits sebagaimana berikut:
 
احرثوا فان الحرث مبارك واكثروا الجماجم
 
“Hendaklah kalian bercocok tanam karena dalam bercocok tanam mengandung banyak manfaat dan hendaklah kalian menanam banyak tanaman”
 
Dalam memaknai hadits yang bersumber dari Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali ini, Mama Sempur mengambil tiga kesimpulan sebagaimana berikut:
 
Pertama, umat Islam disarankan memilih pertanian sebagai bidang usaha yang dijalani, sebab bertani merupakan bidang usaha yang paling utama.
 
Kedua, dalam bertani akan menghasilkan keseimbangan ekosistem sehingga banyak memberi manfaat yang signifikan untuk keselarasan dan keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.
 
Ketiga, di akhirat kelak orang yang becocok tanam akan mendapatkan pahala dari hasil tanamannya yang dimakan oleh binatang seperti burung, ulat dan lain sebagainya. Hal ini mengacu pada hadits lain yang diriwayatkan Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah pernah bersabda: “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kemudian tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia ataupun binatang ternak, melainkan hal itu sudah termasuk sedekah darinya” (Bukhari dan Muslim).
 
Keberpihakan Mama Sempur terhadap dunia pertanian ini tidak lepas dari konsep tani atau mengolah tanah yang menjadi salah satu karakter ekonomi Islam Nusantara.
 
Menurut Ahmad Baso, dalam pandangan ulama Nusantara, hubungan manusia dengan tanah seperti hubungan mereka dengan laut dan air yang menyangkut keberlangsungan hidup sebuah bangsa. Pertautan tersebut dapat diumpamakan seperti ikan dan air, jika ikan tidak ada air, maka tentu saja ikan tersebut akan mati, begitu pun dengan manusia yang membutuhkan tanah, air dan laut, maka dalam bekerja di bidang pertanian atau mengolah tanah memiliki nilai keberkahan.
 
Selain bertani, dalam kitab Cempaka Dilaga ini Mama Sempur menyebutkan dua pekerjaan lain yang dianggap baik menurut ajaran Islam, yaitu menjadi pedagang dan buruh. Namun, Mama Sempur sama sekali tidak mengutip hadits maupun pendapat ulama yang membahas tentang keutamaan keduanya sebagaimana ia menyebutkan keutamaan dalam bertani. Dapat dikatakan bahwa dari ketiga bidang pekerjaan yang dianjurkan dalam ajaran Islam ini, menurut Mama Sempur pekerjaan terbaik adalah menjadi petani, karena dalam pertanian terdapat nilai lebih yang tidak ada di dalam bidang perdagangan maupun perburuhan.
 
Pada kenyataannya, menjadi petani tidak hanya memberikan dampak positif berupa kesuksesan finansial secara pribadi. Lebih dari itu, keberhasilan di sektor pertanian akan menjadi potensi kuat untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
 
Saat ini sektor pertanian memiliki kontribusi positif terhadap perekonomian nasional. Dari catatan yang dihimpun, inflasi bahan makanan (pangan) dari tahun ke tahun terus menurun. Tahun 2014 tercatat nilai inflasi adalah 10,57 persen kemudian menyusut menjadi 4,93 di tahun 2015.
 
Tahun selanjutnya (2016) kembali inflasi subsektor bahan makanan menjadi 5,69 persen. Kemudian setahun berikutnya, tahun 2017 bahkan penurunan sampai pada angka1,26 persen, dan merupakan sejarah pertama kali di tanah air bila inflasi bahan makanan (pangan) lebih rendah dari inflasi umum yaitu 3,61 persen.
 
Menilik pada data tersebut, bisa disebut sektor pertanian menyumbang angka perbaikan sisi ekonomi bangsa yang signifikan. Dampak sasarannya tentu saja kepada petani yang berbasis di pedesaan. 
  
 
Penulis adalah Kontributor NU Online Wilayah Subang, Jawa Barat