Internasional

Dokumen Persaudaraan Dunia, Tonggak Sejarah Penting Bangun Perdamaian

Senin, 5 Februari 2024 | 20:30 WIB

Dokumen Persaudaraan Dunia, Tonggak Sejarah Penting Bangun Perdamaian

Wapres RI KH Ma'ruf Amin saat memberikan keterangan seusai menghadiri Human Fraternity Majlis 2024 di Abrahamic Family House, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), Ahad (4/2/2024). (Foto: BPMI Setwapres)

Jakarta, NU Online

Human Fraternity Document atau Dokumen Persaudaraan Dunia dan Hidup Bersama yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Syekh Ahmed Al-Tayeb pada 2019 merupakan tonggak penting dalam upaya membangun perdamaian dan persatuan di seluruh dunia.


Sebab, hubungan antarumat manusia di dunia harus di dasari dengan nilai-nilai persaudaraan agar persatuan dan perdamaian dapat tercipta di tengah perbedaan yang sedemikian kompleks.


“Menurut saya, (Dokumen Persaudaraan Dunia dan Hidup Bersama) sesuatu yang memiliki tonggak sejarah yang penting di dalam membangun perdamaian dan persaudaraan dunia,” ujar Wakil Presiden (Wapres) KH Ma’ruf Amin saat memberikan keterangan seusai menghadiri Human Fraternity Majlis 2024 di Abrahamic Family House, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), Ahad (4/2/2024).


Lebih lanjut, Wapres menyampaikan bahwa dokumen ini menjadi penting sebab dapat menjadi panduan dalam mengimplementasikan nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini mengingat dunia diwarnai dengan banyak perbedaan, mulai dari agama, ras, hingga negara. Perbedaan-perbedaan ini, menurutnya, jika tidak dipandu dapat berpotensi menimbulkan konflik.


Untuk itu, sebagai komitmen dan kontribusi dalam mengamalkan nilai-nilai persaudaraan ini, Indonesia pun memiliki sikap untuk selalu mendukung adanya upaya dalam membangun persaudaraan dunia.


"Indonesia sangat menghargai apa yang dilakukan ini dan Indonesia akan selalu mendorong adanya upaya-upaya perdamaian, koeksistensi secara damai di antara manusia melalui majelis ukhuwah,” kata Wapres.


Rasa persaudaraan dan kemanusiaan, menurutnya, merupakan modal utama dalam mewujudkan perdamaian dunia. Namun seiring perkembangan zaman, kemajuan teknologi informasi, dan beragamnya pola pikir, dua rasa ini kerap terkikis sehingga terdapat potensi terjadinya konflik dan rivalitas.


Karena itu, diperlukan pembangkit semangat solidaritas persaudaraan di atas perbedaan yang ada di dunia untuk terus mewujudkan kehidupan bermasyarakat serta bernegara yang adil, damai, dan tenteram.
 

“Kita membutuhkan pendobrak untuk membangkitkan kembali spirit (semangat) perdamaian, kemanusiaan, dan persaudaraan global. Dan kita berharap penganugerahan Zayed Award for Human Fraternity dapat menjadi salah satu pendobrak tersebut,” tegasnya.

 
Lebih lanjut, Wapres menyampaikan bahwa sesuai dengan ajaran Islam, Allah pun telah memberi perintah kepada hamba-Nya untuk setiap individu yang berbangsa-bangsa dan bersuku-suku saling mengenal. Hal tersebut tercantum di dalam Al-Qur’an Surat Al Hujarat ayat 13. Untuk itu, Indonesia akan selalu mendukung seluruh upaya yang dilakukan dalam membangun rasa persaudaraan global.
 

“Dari ayat ini jelas bahwa Allah menghendaki kita untuk membangun persaudaraan dengan semua orang,” papar Wapres.
 

“Semoga seluruh upaya kita untuk memperkokoh persaudaraan antarumat manusia senantiasa mendapatkan pertolongan dan ridha Allah, Tuhan Yang Maha Esa,” tambahnya.


Wapres berharap agar peringatan tahun ke-5 Dokumen Human Fraternity yang ditandatangani pada 2019 oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar Ahmed Al-Tayeb dapat menjadi pengingat sekaligus dasar dalam menjalankan kehidupan yang toleran, rukun, dan damai di seluruh dunia.

 
“Saya harap dokumen tersebut terus menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya nilai-nilai persaudaraan dan kemanusiaan global yang melampaui pembeda apapun, termasuk agama dan kepercayaan,” pungkas Wapres.


Sebagai informasi, Human Fraternity Majlis atau Dokumen Persaudaraan Dunia dan Hidup Bersama adalah sebuah inisiatif yang bertujuan untuk mendorong dialog dan pertukaran ide di antara pemimpin dari berbagai latar belakang, dengan tujuan utama menyatukan upaya kolektif untuk mencapai tujuan yang ditetapkan pada Document of Human Fraternity (Dokumen Persaudaraan Manusia). 


Tahun ini, Majelis Persaudaraan Manusia bertemu untuk pertama kalinya dengan partisipasi para pemimpin global dan pejabat internasional. Hal ini bertujuan untuk memberikan penekanan khusus pada masa depan yang berkelanjutan dan mengakui pentingnya keberlanjutan peran penting yang dimainkan oleh pemuda dan perempuan dalam mewujudkan nilai-nilai dan semangat solidaritas dan persaudaraan. 


Majelis ini berfungsi sebagai kesempatan unik untuk terlibat dengan banyak pemimpin, membina interaksi antara pembicara utama selama sesi dan peserta tingkat tinggi dari manusia mitra persaudaraan di seluruh dunia.


Pada pertemuan tersebut, hadir Presiden Timor Leste Ramos Horta, Menteri Toleransi dan Koeksistensi UEA Syekh Nahyan Bin Mubarak Al Nahyan, Secretary General of The Muslim Council of Elders and Zayed Award for Human Fraternity Judge Mohamed Abdelsalam, Chairman of The Department of Culture and Tourism Abu Dhabi Mohamed Khalifa Al Mubarak, President of the Pontificial Council for Interreligious Dialogue of the Holy See Cardinal Miguel Ayuso Guixot, dan Secretary General of The Higher Committee for Human Fraternity Khaled Al Ghaith.