Internasional

Evakuasi WNI di Hadramaut Dinilai Akan Hambat Pendidikan

Jumat, 3 April 2015 | 02:56 WIB

Jakarta, NU Online
Pemerintah harus mempertimbangkan secara matang saat mengeluarkan keputusan mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) di Yaman. Pasalnya, tak seluruhnya wilayah Yaman dalam keadaan mencekam.
<>
Secara garis besar, Yaman terbagi menjadi dua bagian, yakni utara dan selatan. Dalam hal ini, pusat pergolakan lebih tergambar di wilayah Yaman bagian utara, meliputi Ibu Kota Sana’a, Hudaidah, dan wilayah-wilayah sekitarnya. Sedangkan wilayah Yaman bagian selatan yang didominasi oleh kota-kota di Provinsi Hadhramaut, sama sekali tak tersentuh pergolakan ini.

Demikian disampaikan Adly Al-Fadlly, ketua Forum Lingkar Pena cabang Hadhramaut, dalam siaran pers yang dikirim ke NU Online, Kamis (2/4) petang. Menurutnya, memang keputusan pemerintah tersebut dilandasi kekhawatiran terhadap warna negara Indonesia yang menjadi tanggung jawabnya, tetapi jika memang keadaan di Hadhramaut relatif aman, seyogianya evakuasi tidak dilakukan.

“Secara tidak langsung, jika kita mengikuti evakuasi ini, sama saja menghambat pendidikan kami, sedangkan kondisi di Tarim secara khusus dan Hadhramaut secara umum memang benar-benar kondusif. Bahkan, kegiatan perkuliahan hingga detik ini masih terus berjalan,” ujarnya.

Adly juga mengungkapkan, pendapat senada juga disampaikan para pimpinan organisasi di Hadhramaut, seperti Asosiasi Mahasiswa Indonesia Al-Ahgaff, Pengurus Cabang Istimewa NU (PCINU) Yaman, dan lain sebagainya, yang dinilai mengerti kondisi lapangan secara langsung.

“Alasan bertahan di Yaman karena kondisi di Tarim dan Hadhramaut masih kondusif. Mahasiswa di Hadhramaut tidak punya paham keagamaan radikal dan belajar di lembaga pendidikan berhaluan moderat seperti NU di Indonesia,” ujar Rofik Anwari, ketua PPI Hadhramaut.

Adly menjelaskan, pergolakan yang terjadi di Yaman memang terlihat berlarut-larut. Pasukan koalisi Arab Saudi terus berusaha memojokkan Syiah Hautsi yang sudah sejak Februari lalu menduduki Ibu Kota Sana’a.

Di Yaman bagian selatan, mungkin hanya di Provinsi Aden yang mengalami ketegangan, karena statusnya sebagai pusat kota serta tempat berlindungnya Presiden Abdur Rabbuh Mansur sebelum akhirnya mengungsi ke Saudi Arabia.

Tidak bisa dipungkiri jika unsur sekte sedikit banyak juga mendominasi sumbu peperangan ini. Hanya saja, Hadhramaut memang tidak memiliki hubungan, baik sekte yang tengah bersitegang serta politik praktis yang bersentuhan langsung dengan pemerintahan, apalagi jika melihat sebagian kota-kota di Hadhramaut, seperti Tarim, Mukalla, dan lain sebagainya, kota-kota ini bahkan sama sekali tidak terkena efek peperangan walaupun sedikit.

“Kami mohon kepada semua media agar memberitakan secara gamblang tentang keadaan di Yaman, agar semua orang bisa melihat wajah Yaman yang sebenarnya, tidak hanya melihat Yaman dari satu sisi saja yang mengerikan. Dan itu sangat disesalkan,” tutur Adly Al-Fadlly. (Mahbib Khoiron)