Internasional

Halaqah Tafakkuriyah Ungkap Kesamaan Penyebaran Islam di Indonesia dan Sudan

Jumat, 16 September 2022 | 16:00 WIB

Halaqah Tafakkuriyah Ungkap Kesamaan Penyebaran Islam di Indonesia dan Sudan

Ketua LBM PBNU, KH Mahbub Maafi (baris kedua pertama dari kiri) bersama petinggi Majma Sufi Sudan dalam pertemuan Selasa (13/9/2022). (Foto: istimewa)

Khartum, NU Online

Ketua Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU), KH Mahbub Maafi mengadakan pertemuan dengan para petinggi Majma’ Sufi Sudan pada Selasa (13/9/2022). Pertemuan tersebut berlokasi di Kediaman Syaikh Mukhtar Omdurman, salah satu dari pendiri Majma’ Sufi Amm Sudan dan tokoh agama di Sudan.


Tujuan pertemuan tersebut adalah untuk mempererat silaturahim antara NU dan Majma’ Sufi Sudan. Dua instansi yang berkecimpung di dunia sosial keagamaan tersebut juga berkomitmen untuk memperkuat visi keagamaan dan kebudayaan dalam pengejawantahan Islam moderat (wasathiyyah) dan spirit cinta tanah air (hubbul wathan)


Pertemuan yang disebut sebagai Halaqah Tafakkuriyah bersama antara NU dan Persatuan Ulama Sufi yang tergabung dalam Majma’ Sufi Amm Sudan tersebut berjalan saling memberi aspirasi, masukan dalam sebuah musyawarah bersama, bertukar ilmu, dan pengalaman kedua negara.


Dalam pertemuan tersebut, Majma’ Sufi menyambut dengan hangat dan antusias atas kunjungan delegasi PBNU Jakarta di Sudan. Sejarah berdirinya Majma’ Sufi dan visi-misinya pun menjadi topik pembahasan disertai obrolan tentang agenda-agenda Majma’ Sufi yang sedang dan atau akan dijalankan ke depannya. 


PCINU Sudan dan Majma' Sufi sendiri telah menjalin kerja sama sejak 2018. Pada pertemuan tersebut, keduanya menyepakati beberapa agenda kerja sama yang akan dilaksanakan ke depannya. Keduanya berdialog untuk saling bertukar pengetahuan, pengalaman, dan sistem tata kolala jamiyah dan jamaah pada pertemuan tersebut.


Melalui dialog kedua pihak,terungkap adanya kesamaan antara Indonesia dan Sudan dalam proses masuknya Islam di kedua negara ini, yakni sama-sama melalui cara dakwah moderatisme tasawuf dengan cara damai tanpa melalui pertumpahan darah.


Persamaan lainnya adalah bahwa Majma' Sufi berdiri sejak 2013 memang bertujuan untuk mengawal visi keagamaan dan kebudayaan sebagaimana cita-cita etis agama Islam, sementara NU berdiri juga sebagai bagian dari respons gerakan Wahabi yang bertolak belakang dari ajaran Islam dan kontekstualisasi dinamika yang ada pada 31 Januari 1926.


Majma' Sufi merupakan perkumpulan dari para Ulama Sufi Sudan yang ingin berjuang bersama dalam mendakwahkan tasawuf dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana jumlah tarekat sufi yang ada di Sudan yang sekitar 50-an tarekat.


Kiai Mahbub menyampaikan PBNU dalam struktural perkumpulannya mempunyai badan otonom yang bernama, Jam'iyah Ahlu at-Tariqah al-Mu'tabarah Nahdlatul Ulama (Jatman) yang dipimpin langsung oleh Maulana Habib Luthfi bin Yahya. Jatman menaungi 43 tarekat mu'tabarah yang tersebar di seluruh penjuru wilayah Indonesia.


PBNU mempunyai trilogi ukhuwwah yang diinisiasi oleh KH Ahmad Shiddiq (Rais Aam PBNU) yakni  ukhuwwah Islamiyah, ukhuwwah wathaniyah, dan ukhuwwah basyariyah. Dengan begitu, NU menjadi pendamai dan solusi mengenai perdebatan 'relasi agama dan negara'.


Dalam tubuh NU menggunakan politik kebangsaan sebagai dasar dalam spirit cinta tanah air, sebagaimana dawuh dari Hadlratussyaikh Hasyim Asy'ari, 'Hubbul wathan minal iman atau cinta tanah air merupakan bagian dari keimanan.


Sementara Ketua PCINU Sudan, Ustadz M Abdur Rokhim menyampaikan serta mengingatkan tentang tanggung jawab berdakwah. "Tugas kita bersama sebagai orang yang dimandatariskan oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk berjuang dan berdakwah kepada umat adalah bisa ri'ayatul ummat menuju kemaslahatan yang esensial.


Dari pihak Majma’ Sufi juga menyampaikan rasa syukurnya atas kunjungan rombongan dan kehadiran delegasi PBNU. Pihak Majma' Sufi menekankan pentingnya interpretasi makna ihsan.


"Dalam kesempatan ini, dakwah yang kita gunakan tetap harus berlandaskan kepada Al-Qur'an dan Sunnah, dengan tetap menggunakan interpretasi makna ihsan yang sudah diajarkan oleh ulama-ulama terdahulu dengan cara perjuangan tasawuf," ucap Syaikh Mukhtar. 


Rombongan Kiai Mahbub berterima kasih atas sambutan yang sangat terhormat dari pihak Majma’ Sufi Sudan, serta menyampaikan salam dari Rais Amm KH Miftachul Akhyar dan Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf kepada ulama sufi Sudan. Rombongan berharap melalui kesempatan mulia ini, bisa menjadi langkah untuk menyatukan visi dalam beragama antara NU dan Majma’ Sufi Sudan, serta menguatkan hubungan yang selama ini sudah terjalin bersama.


Turut hadir pada kesempatan tersebut Mustasyar PCINU Sudan, Kiai Ribut Nur Huda; Rais Syuriyah PCINU Sudan, KH Abdurrahman; serta jajaran syuriah-tanfidziyah PCINU Sudan.


Selain Syaikh Mukhtar, petinggi Majma Sufi yang menyambut rombongan Kiai Mahbub di antaranya adalah Syaikh Dr. Shalahuddin al Khanjar (Wakil ‘Amin ‘Amm), Syaikh Muhammad al Anwar Idris (‘Amin I’lami), Syaikh Yasir ‘Abdullah, dan jajaran lainnya, serta perwakilan staf KBRI Khartoum, Dzikra Juninawan.


Kontributor: Najmuddin
Editor: Kendi Setiawan