Internasional

Krisis Air Bersih di Palestina, Anak-Anak Gaza Minum Air dengan Kandungan Garam dan Polutan Tinggi

Selasa, 26 Desember 2023 | 19:00 WIB

Krisis Air Bersih di Palestina, Anak-Anak Gaza Minum Air dengan Kandungan Garam dan Polutan Tinggi

Ilustrasi. Anak-anak mengisi kotak dengan air bersih dari dispenser di tengah kekurangan air menyusul terhentinya aliran air dari Israel ke Gaza, di Deir-Al Balah, Gaza, 15 Oktober 2023. (Foto: Anadolu/Ashraf Amra)

Jakarta, NU Online 

Direktur Eksekutif United Nations Children’s Fund (UNICEF) Catherine Russell menyampaikan bahwa anak-anak korban perang di Gaza, Palestina mengalami krisis air bersih dan sanitasi di tengah gempuran serangan Israel.


“Akses terhadap air bersih dalam jumlah yang cukup adalah masalah hidup dan mati, dan anak-anak di Gaza hampir tidak mempunyai setetes air pun untuk diminum,” kata Russell, dilansir dari laman resmi UNICEF, Selasa (26/12/2023).
 

Dalam situasi yang kian memburuk, ia mengatakan bahwa anak-anak dan keluarga mereka di Gaza terpaksa menggunakan air dari sumber yang tidak aman. Air yang mereka minum sering kali mengandung garam atau polutan yang tinggi. Tanpa air bersih yang memadai, akan meningkatkan jumlah anak-anak yang meninggal akibat kekurangan air dan penyakit.


“Tanpa air bersih, akan lebih banyak lagi anak-anak yang meninggal karena kekurangan dan penyakit dalam beberapa hari mendatang,” kata Russell.
 

Dalam laporannya, anak-anak korban perang yang kehilangan tempat tinggal di Jalur Gaza bagian selatan hanya mendapatkan 1,5 hingga 2 liter air setiap hari. Jumlah ini jauh di bawah kebutuhan yang direkomendasikan untuk bertahan hidup.
 

Berdasarkan standar kemanusiaan, jumlah minimal air yang dibutuhkan dalam keadaan darurat adalah 15 liter, yang meliputi air untuk minum, mencuci, dan memasak. Untuk kelangsungan hidup saja, perkiraan minimalnya adalah 3 liter per hari. 


Ia menyebut, setengah dari ratusan ribu pengungsi diperkirakan adalah anak-anak yang membutuhkan makanan, air, tempat tinggal, obat-obatan, dan perlindungan. Sementara permintaan terus meningkat, sistem air dan sanitasi di kota berada dalam kondisi yang sangat kritis.


Masifnya serangan Israel ditambah dengan minimnya pasokan listrik, kekurangan bahan bakar, terbatasnya akses, dan kerusakan infrastruktur menyebabkan setidaknya 50 persen fasilitas WASH (water sanitation and hygiene) rusak atau hancur.


Ia menambahkan, dampak dari krisis air bersih terhadap anak-anak sangat besar karena mereka adalah kelompok yang lebih rentan terhadap dehidrasi, diare, penyakit dan kekurangan gizi, sehingga dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup. 


Kekhawatiran terhadap penyakit yang ditularkan melalui air seperti kolera dan diare kronis semakin meningkat mengingat kurangnya air bersih, terutama setelah hujan dan banjir yang terjadi pada pekan ini. 


Saat ini, tercatat hampir 20 kali lipat rata-rata bulanan kasus diare yang dilaporkan pada anak-anak di bawah usia 5 tahun, selain peningkatan kasus kudis, kutu, cacar air, ruam kulit, dan lebih dari 160.000 kasus infeksi saluran pernapasan akut.


Di tempat-tempat penampungan di Jalur Gaza, satu toilet untuk setiap 700 orang. Hal ini mendorong orang untuk menggunakan strategi penanggulangan lainnya, seperti penggunaan ember, atau buang air besar sembarangan. 


Kamar mandi bahkan lebih sedikit tersedia sehingga pilihan kebersihan menjadi hampir tidak ada, yang berdampak terutama pada perempuan dan anak perempuan. Hal ini selanjutnya dapat menyebabkan peningkatan penyebaran penyakit.

 

Sebagai wujud kepedulian bagi warga Palestina, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui NU Care-LAZISNU mengajak masyarakat untuk menyalurkan bantuan dana kemanusiaan yang dapat disalurkan melalui NU Online Super App di fitur Zakat & Sedekah atau lewat tautan https://applink.nu.or.id/donation.