Internasional

Longsor, Ribuan Pengungsi Rohingya Kehilangan Tempat Tinggal

Senin, 8 Juli 2019 | 08:30 WIB

Longsor, Ribuan Pengungsi Rohingya Kehilangan Tempat Tinggal

Kamp Pengungsi Rohingya (Istimewa)

Cox’s Bazar, NU Online
Selama akhir pekan kemarin kamp pengungsian para pengungsi Rohingya di Distrik Cox’s Bazar, Bangladesh diguyur hujan lebat. Hujan setebal 35 sentimeter tersebut mengguyur kamp pengungsian Rohingya selama 72 jam pada Sabtu (6/7). Akibatnya, lebih dari 4.500 pengungsi Rohingya kehilangan tempat perlindungannya.

Seorang pejabat Badan urusan pengungsi PBB, UNHCR, Areez Rahman, mengatakan, setidaknya ada 30 kamp pengungsian yang hancur akibat longsong tersebut. Selain itu, longsong juga menyebabkan seorang pengungsi Rohingya perempuan berusia 50 tahun meninggal. Dilaporkan bahwa selama hujan lebat tersebut, terjadi 26 longsor di kawasan kamp yang menampung 900 ribu pengungsi Rohingya.

Nur Muhammad, salah seorang pengungsi di Kutupalong, mengatakan, 12 saudaranya sudah meninggalkan kampnya yang terkena longsor. Mereka kini berlindung di tempat berlindung yang baru. 

“Rumah saya sudah terlalu penuh. Saya khawatir bagaimana saya bisa memberi makan semua orang ini," ujar Mohammad, dikutip laman japantimes, Senin (8/7).

Pemimpin kamp Kutupalong, Dil Mohammad mengaku cemas dengan kondisi para pengungsi tersebut. Menurutnya, setelah kejadian longsor itu para pengungsi kekurangan air minum dan anak-anak terserang diare. 

Saat ini, sudah ada 5.000 pengungsi Rohingya yang hidupnya terkatung-katung. Mereka hidup di daerah-daerah perbatasan Bangladesh dan Myanmar. 

Pada 25 Agustus 2017 lalu, tentara Myanmar menggelar operasi militer di sejumlah desa yang banyak ditinggali Muslim Rohingya di Negara Bagian Rakhine. Peristiwa itu menyebabkan sedikitnya 700 ribu Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. Ribuan lainnya dilaporkan meninggal dalam operasi itu. 

PBB dan lembaga hak asasi internasional menuduh apa yang dilakukan Myanmar tersebut sebagai upaya untuk pembersihan etnis. Namun pihak Myanmar membantah tuduhan yang menyebut operasi itu sebagai upaya pembersihan etnis. Mereka berdalih, operasi itu dilakukan untuk memberantas kelompok separatis Muslim Rohingya yang ada di negara bagian Rakhine.

Rencananya pemulangan (repatriasi) pengungsi Rohingya ke Myanmar dilakukan pada akhir tahun lalu. Namun akhirnya dibatalkan karena situasi dan kondisi yang belum memungkinkan tersebut. Pihak-pihak terkait juga sudah merencanakan untuk memulangkan pengungsi Rohingya pada awal tahun ini, namun lagi-lagi gagal karena masalah keamanan dan lain sebagainya. (Red: Muchlishon)