Internasional RAMADHAN DI LUAR NEGERI

Menikmati Hidangan Tuhan di Mesir

Selasa, 29 Mei 2018 | 10:30 WIB

Menikmati Hidangan Tuhan di Mesir

Suasana di maidaturrahman. (dok.rri)

Kairo, NU Online
Menjelang senja, banyak Muslim di Mesir yang bepergian ke rumah makan guna buka bersama atau ke tempat penjual jus untuk beli makanan persiapan berbuka bersama keluarga. Sebagian lainnya pergi ke maidaturrahman (hidangan Tuhan).

"Maidaturrahman itu istilah untuk kegiatan makan gratis untuk buka puasa," terang Bakri Nishiddiq, mahasiswa Fakultas Dakwah Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir kepada NU Online, Sabtu (26/5).

Sebelum Maghrib tiba, mereka sudah menempati kursi dan meja yang di atasnya sudah tersaji makanan. Itu terdapat di tenda-tenda di pinggir jalan. Lembaga atau perseorangan membuka tenda tersebut setiap hari. "Bisa jadi pribadi. Bisa jadi lembaga," jelasnya.

Tak hanya di tenda pinggir jalan, masjid juga menggelar maidaturrahman. Bahkan, masjid membuka kotak amal khusus untuk ifthar al-shaim, buka bagi orang yang berpuasa.

"Malah di masjid-masjid biasanya ada kotak amalnya khusus tulisannya ifthar shaim atau maidaturrahman langsung tulisannya," kata Bakri.

Selama sekitar 15 sampai 16 jam, masyarakat Muslim di Mesir melakukan puasanya. Mereka biasanya berbuka dengan nasi atau pasta dengan lauk ayam atau daging, baik sapi ataupun unta dengan dimasak semacam semur. Es tamr hindi (jus asam), air kurma, atau air jeruk biasa menjadi menu takjil mereka.

"Ini bisa didapatkan secara gratis di masjid-masjid besar atau di tenda tenda khusus di pinggiran jalan," jelasnya.

Berkah Lailatul Qadar
Masyarakat Mesir juga punya keyakinan jika lailatul qadar itu muncul pada malam ganjil di sepuluh akhir bulan Ramadhan. Malam ke-27 menjadi malam paling ramai. Biasanya, kata Bakri, orang dermawan akan berbagi makanan, sembako, hingga uang pada malam tersebut.

"Di malam-malam tersebut, yang dermawan pada bagi-bagi uang, bagi-bagi sembako, makanan dan sebagainya," katanya.

Umumnya, masyarakat bisa mendapatkan 100 pound Mesir. Namun, 200 sampai 300 pound Mesir pernah ia dapatkan. Uang tersebut setara dengan 200 ribu rupiah. "Lumayan, paling banyak dapat 200 sampai 300 pound Mesir," tutur alumnus Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MA NU) Putra Buntet Pesantren, Cirebon, tersebut.

Persediaannya, menurutnya, banyak. Sembako dibungkus dengan kardus. Bahkan, jika ingin meminta untuk rekannya di rumah, tinggal sampaikan saja, katanya.

"Minta buat temannya di rumah ya boleh. Tinggal ngomong aja," katanya diiringi tawa.

Direktur Pusat Kajian Ekonomi Islam (Pakeis) ICMI Orsat Kairo itu mengatakan bahwa di Mesir ada kegiatan khusus. Setiap lembaga menggelar daurah di tempat pengajian. Ada kitab-kitab khusus yang dibaca hingga khatam selama Ramadhan. Selain itu, taman budaya juga mengadakan diskusi dengan tema khusus pada bulan suci itu.

Seperti di Indonesia, masyarakat Mesir juga menyambut kedatangan bulan Ramdhan. Nyalanya lampu fanus di rumah-rumah, kata Bakri, menjadi tradisi mereka menyambut bulan suci itu. (Syakir NF/Ibnu Nawawi)