Internasional

PBB: 400 Ribu Anak di Yaman Terancam Mati Kelaparan

Sabtu, 13 Februari 2021 | 11:15 WIB

PBB: 400 Ribu Anak di Yaman Terancam Mati Kelaparan

Anak-anak di Yaman. (Foto: Daily Sabah)

Jakarta, NU Online

Sedikitnya 400.000 anak di bawah usia 5 tahun di Yaman dapat meninggal karena kelaparan tahun ini. Hal itu bisa terjadi jika tidak ada intervensi di tengah melonjaknya tingkat kekurangan gizi parah akibat perang dan pandemi virus corona.


Dikutip dari Reuters, peringatan PBB tersebut muncul hampir enam tahun setelah pecahnya perang yang membuat 80 persen populasi bergantung pada bantuan kemanusiaan.


Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada Jumat (12/2) itu, badan-badan tersebut memproyeksikan peningkatan 22 persen dalam kekurangan gizi akut yang parah di antara anak-anak di bawah 5 tahun di Yaman dibandingkan dengan 2020.


Malnutrisi akut yang parah berarti ada risiko kematian akibat kekurangan makanan. Aden, Hodeidah, Taiz dan Sanaa termasuk di antara daerah yang paling parah terkena dampak, kata laporan itu.

 


“Angka-angka ini adalah seruan lain untuk bantuan dari Yaman di mana setiap anak yang kekurangan gizi juga berarti keluarga yang berjuang untuk bertahan hidup,” kata Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP) David Beasley dalam pernyataan bersama dengan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), UNICEF dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dikutip dari Reuters, Sabtu (13/2).


Selain itu, 2,3 juta anak di bawah 5 tahun diperkirakan akan menderita kekurangan gizi akut pada 2021. Malnutrisi akut di antara anak-anak dan ibu-ibu di Yaman meningkat setiap tahun akibat konflik. Semakin diperparah karena tingginya tingkat penyakit dan meningkatnya tingkat kerawanan pangan.


Sekitar 1,2 juta wanita hamil atau menyusui diproyeksikan mengalami kekurangan gizi akut tahun ini. Kelaparan tidak pernah diumumkan secara resmi di Yaman. PBB mengatakan negara itu sedang mengalami krisis kemanusiaan terbesar di dunia. 

 


Gizi dan layanan lain yang mencegah jutaan orang dari kelaparan dan penyakit secara bertahap ditutup di Yaman di tengah kekurangan dana yang akut.


Seiring dengan konflik, kemerosotan ekonomi, pandemi, dan kekurangan sumbangan tahun lalu juga berkontribusi pada memburuknya krisis kemanusiaan di Yaman. Badan-badan tersebut mengatakan mereka hanya menerima US$ 1,9 miliar dari US$ 3,4 miliar yang dibutuhkan untuk tanggapan kemanusiaan. Program ini sudah mulai ditutup dan diperkecil.


Perang di Yaman terjadi ketika koalisi pimpinan Arab Saudi melakukan intervensi pada Maret 2015 untuk memulihkan pemerintah Yaman yang digulingkan dari kekuasaan di ibu kota Sanaa oleh gerakan Houthi pada akhir 2014. Houthi mengatakan mereka memerangi korupsi.


Pewarta: Fathoni Ahmad

Editor: Muchlishon