Internasional RAMADHAN DI LUAR NEGERI

Saat Tarawih Bersama Majelis Boni Usman di Macau

Rabu, 13 Juni 2018 | 15:00 WIB

Oleh: H Khumaini Rosadi

Shalat sunah yang dilakukan secara berjamaah dan hanya dilakukan pada bulan Ramadhan adalah shalat tarawuh. Tidak ada shalat tarawih yang dilakukan di luar Ramadhan. Maka jangan sia-siakan kesempatan bertarawih di bulan Ramadhan. 

Tarawih pada malam yang ke-25 (9/6) yang lalu diadakan di sebuah majelis taklim yang agak jauh dari Sam Chan Dang-shelter tempat saya tinggal sementara sebagai Dai Ambassador Dompet Dhuafa.

Untuk sampai ke Boni Usman ini harus naik bus bernomor 32 dari halte bus Sam Chan Dang ke arah Wyn–salah satu pusat perkantoran–dekat dengan Casino Lisboa yang sangat terkenal di Macau.

Saya ditemani oleh Koordinator Pondok Ramadhan di Macau, Ibu Riska–BMI asal Gresik Jawa Timur yang sudah dua belas tahun bekerja di Hong Kong dan Macau. Ibu Riska adalah yang bertanggungjawab atas jadwal kultum tarawih di seluruh majelis taklim di Macau. "Saat ini ada sepuluh majelis taklim yang tergabung," ungkap Ibu Riska.  

Tarawuh ini dilakukan lebih awal daripada tarawih BMI lainnya, karena di Boni Usman adalah tempat singgah sementara para BMI yang menunggu visa kerja. Kebanyakan mereka adalah Buruh Migran Indonesia di Hongkong yang telah habis masa kontrak atau break kontrak karena tidak betah dengan majikan yang menuntut pekerjaan di luar kontrak atau terlalu galak.

Majelis Boni Usman ini terletak di lantai 6 di sebuah apartemen yang berada di dekat Lisboa tersebut. Diikuti oleh seluruh BMI yang sudah siap dengan mukenanya, saya langsung memimpin shalat Isya berjamaah, setibanya di sana. Kebetulan saya masih dalam keadaan wudlu dari rumah.

"Jumlah jamaah yang ikut tarawuh ada 39 orang," ungkap Ibu Sarah, BMI asal Pontianak yang juga sedang menunggu visa dan majikan di Apartemen Boni Usman.

Shelter ini memang lebih luas dibanding shelter-shelter BMI lainnya yang ada di Macau. Karena memang shelter ini milik perusahaan agen penyalur tenaga kerja di Hong Kong.

Usai shalat diadakan sesi tanya jawab. Jamaah begitu antusias. Tema yang dibahas pun sesuai dengan permintaan mereka, yaitu tentang sabar, ikhlas, dan syukur.

Setelah selesai tarawih, kami naik bus sebentar ke terminal. Dari terminal sudah tampak Casino Lisboa. Sambil mencari sejarah tua Macau, kami jalan kaki sampai Gereja Tua Macau yang dibangun pada tahun 1602-1640 dan mengalami kebakaran hebat pada tahun 1835. Sampai saat ini tinggal tersisa gerbang depannya saja sebagai bukti sejarah.

Dengan tarawih di Boni Usman ini, kerinduan mereka terobati. Serasa shalat di Indonesia karena cara dan gaya tarawihnya pun seperti di Indonesia. Model Patas, cepat dan pantas. Bacaan suratnya pendek, tidak panjang, tetapi tetap menjaga hukum tajwidnya. Kultum yang disampaikan pun penuh canda dan tawa. Inilah kultum yang mereka inginkan, tidak terlalu tegang dan tidak selalu menyalahkan.

Sebagaimana Rasulullah berdakwah melihat keadaan dan kemampuan umat, maka ustadz, muballigh, dai pun harus memperhatikan keadaan dan kemampuan jamaahnya. Sampaikan yang ringan dan diperlukan oleh mereka. Sehingga pesan Islam rahmatan lil alamin akan senang hati mereka lakukan.

Penulis adalah Corps Dai Ambassador Dompet Dhuafa, Tim Inti Dai Internasional dan Multimedia Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah (Tidim Jatman) yang ditugaskan ke Macau dan Hong Kong.