Nasional

2 Tantangan Besar Berdakwah melalui Media Sosial

NU Online  ·  Rabu, 14 Mei 2025 | 09:00 WIB

2 Tantangan Besar Berdakwah melalui Media Sosial

Ustadzah Yati Priyai dalam Dakwah Sphere LD PBNU di Gedung PBNU Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Selasa (13/5/2025). (Foto: tangkapan layar kanal Youtube TVNU)

Jakarta, NU Online

 

Pendakwah asal Betawi Ustadzah Yati Priyai menyebutkan bahwa terdapat dua tantangan besar dalam berdakwah melalui media sosial. Hal itu disampaikan dalam Acara Dakwah Sphere Ngaji dan Temu Pegiat Dakwah Digital NU yang diselenggarakan oleh Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) di Plaza Gedung PBNU, Jakarta Pusat pada Selasa (13/5/2025) malam.

 

“Berdakwah melalui media itu seperti lagi di etalase, semua orang bisa melihat, tapi berdakwah melalui media itu memang tantangannya luar biasa, tapi ternyata ada yang lebih dahsyat adalah media sosial,” ungkapnya.

 

Pertama, potongan ceramah yang diunggah tidak utuh. Ustadzah Yati menegaskan bahwa ceramah yang dipotong dan dibagikan secara tidak lengkap bisa menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat.

 

“Ceramah kita, potongan-potongan ceramah kita yang dishare oleh orang lain, wajib di kita tonton karena bisa jadi terpotong tidak selesai akhirnya diasumsikan, direpresentasikan yang berbeda,” jelasnya.

 

Kedua, menjaga fokus jamaah saat menyampaikan ceramah. Ia menyampaikan bahwa tugas utama seorang dai adalah mengajak masyarakat kepada kebaikan. Oleh karena itu, menjaga perhatian jamaah, terutama dalam dakwah digital, menjadi sangat penting.

 

“Banyak orang yang berkata berdakwah di 10 menit pertama saja, itu orang bisa fokus kepada kita, itu udah alhamdulillah. Tentu yang setiap dai memiliki cara dan metodenya masing-masing untuk membuat jamaah fokus mendengarkan,” ujar Ustadzah Yati.

 

Ia juga menyoroti tantangan tambahan yang dihadapi oleh para dai perempuan (daiyah), salah satunya terkait interaksi dengan jamaah laki-laki. 

 

“Dai ini dituntut melihat jamaah, kita yang perempuan ini malu, tidak berani menatap laki-laki,” katanya.

 

“Tapi Kiai Syamsul Arifin (Ketua LD PBNU) bilang sesekali saja (melihat jamaah laki-laki) dan harus izin suami, untungnya suami saya mengizinkan itu,” sambungnya.

 

Kesan pertama hadir di PBNU

 

Alumnus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu menyampaikan rasa bangga karena baru pertama kali hadir di Gedung PBNU, meski sudah lama merasa bagian dari NU.

 

“Saya baru sekali ini baru masuk ke PBNU, walau pun saya ini orang NU, ya udah karena NU sejati ya NU aja. Jadi waktu diajak ke PBNU, ya saya mau,” ujarnya sambil tersenyum.

 

Ustadzah Yati menyebutkan keterlibatannya dalam berbagai forum bersama tokoh-tokoh perempuan NU, di antaranya Nyai Badriyah Fayumi, sebagai bentuk nyata kontribusi perempuan dalam berdakwah dan pembangunan umat.