Nasional

7 Bulan Program MBG: Ribuan SPPG Belum Dibangun, Lulusan SPPI Menganggur, Ratusan Siswa Keracunan

NU Online  ·  Kamis, 24 Juli 2025 | 15:30 WIB

7 Bulan Program MBG: Ribuan SPPG Belum Dibangun, Lulusan SPPI Menganggur, Ratusan Siswa Keracunan

Ilustrasi: siswa Sekolah Dasar (SD) sedang menyantap makan bergizi gratis (MBG). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Presiden Prabowo Subianto menempatkan Makan Bergizi Gratis sebagai program prioritas yang diluncurkan sejak 6 Januari 2025 dengan tujuan untuk menyediakan makanan bergizi untuk anak-anak sekolah, ibu hamil, dan balita. 


Meski sudah berjalan sekitar tujuh bulan, sampai saat ini menurut Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan menyebutkan, jumlah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) baru terbangun sebanyak 2.259 SPPG dengan target 7.000 SPPG hingga Agustus 2025.


Praktis, jumlah tersebut belum mencapai setengah dari target yang dicanangkan pemerintah, meskipun BGN telah menjalin berbagai kerja sama dengan sejumlah pihak untuk mendukung program tersebut.


“Kita menargetkan 7.000 satuan pelayanan akan operasi di Agustus.,” ucap Dadan Hindayana di Pondok Pesantren Syaichona Muhammad Cholil, Bangkalan, Jawa Timur, Senin (26/5/2025)


Lulusan SPPI Menganggur

Tidak berhenti sampai di situ, pemerintah melalui program MBG juga menyelenggarakan pendidikan khusus bagi calon kepala SPPG, yaitu Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI). Hingga saat ini, total lulusan SPPI dari tiga angkatan mencapai 32.000 orang.


Tiga angkatan tersebut terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu angkatan pertama meluluskan 937 orang, angkatan kedua 1.063 orang, dan angkatan ketiga sebanyak 30.000 lulusan.


Menurut salah satu narasumber dari angkatan ketiga SPPI, hingga saat ini ia mengaku belum diikutsertakan dalam pelaksanaan program MBG di SPPG. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan jumlah dapur yang tersedia. 


Ia juga menjelaskan bahwa nantinya para peserta akan ditempatkan di SPPG yang sesuai dengan domisili kependudukan masing-masing. Selain itu, ia mengungkapkan bahwa sistem penggajian akan disesuaikan dengan skema gaji PPPK atau mengikuti standar Upah Minum Regional (UMR) di wilayah penempatan.


"Sampai saat ini masih dilakukan pendataan di BGN, (sepertinya) Agustus baru ready, baru mulai," katanya saat dihubungi NU Online pada Kamis (24/7/2025).


Ratusan Siswa Keracunan

Selama program MBG berjalan, setidaknya terjadi beberapa kasus besar yang mengakibatkan para siswa dari beragam sekolah mengalami keracunan. Padahal, Presiden Prabowo telah meminta Kepala BGN Dadan agar lebih diperhatikan proses perjalanan makanan dari pembuatan hingga diterima oleh para siswa saat acara pengarahan program MBG di Hambalang, Bogor, pada Sabtu (3/5/2025).


Terbaru, MBG diduga telah menyebabkan 140 siswa SMP Negeri 8 Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Selasa (22/7/2025). Sejumlah siswa mengaku, makanan yang dikonsumsi sebelumnya terasa asin dan asam. Kepala SMPN 8 Kupang, Maria Theresia Lana, mengatakan kejadiannya berawal sekitar pukul 07.30 ketika siswa menerima menu MBG. Beberapa saat setelah mengonsumsi makanan gratis yang dibagikan oleh SPPG Badan Gizi Nasional, siswa mengeluh sakit perut.


Pada awal pelaksanaan program MBG, insiden keracunan terjadi di SDN Dukuh 03, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, pada 16 Januari 2025. Sebanyak sepuluh siswa mengalami mual dan sakit perut setelah mengonsumsi makanan dari program tersebut. Kasus ini tidak menimbulkan kondisi serius dan langsung ditangani oleh Puskesmas setempat.


Sebulan setelahnya, sebanyak 29 siswa SD Katolik Andaluri mengalami gejala keracunan ringan pada 18 Februari 2025. Para siswa mengalami mual, sakit perut, dan muntah tak lama setelah makan siang. Seluruh korban langsung dibawa ke puskesmas terdekat dan dilaporkan telah pulih, Sumba Timur.


Kemudian, jumlah korban keracunan akibat konsumsi makanan MBG mencapai 214 orang di Kota Bogor, Jawa Barat. Bahkan, Pemerintah Kota Bogor menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 8 Mei 2025 sebagai langkah cepat penanganan. Pembiayaan medis para korban ditanggung melalui anggaran biaya tidak terduga (BTT) APBD.


Salah satu kasus terparah akibat MBG dengan total 176 korban terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Di antaranya, 78 merupakan siswa MAN 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur, sedangkan sisanya adalah warga. Dinas Kesehatan setempat menetapkan kasus ini sebagai Kejadian Luar Biasa, dengan gejala yang dialami korban meliputi pusing, mual, dan muntah.


Keracunan massal dari MBG juga terjadi di Kota Bandung. Sebanyak 342 siswa SMP Negeri 35 mengalami gejala serupa setelah mengonsumsi makanan dari program MBG pada 29 April 2024. Dinas Kesehatan setempat melakukan investigasi dan pengambilan sampel makanan untuk mengetahui penyebabnya.


Selanjutnya, sebanyak 400 pelajar dari jenjang TK hingga SMP mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan MBG di Kabupaten Tasikmalaya. Meski demikian, sebagian besar korban tidak mengalami gejala berat dan dapat kembali beraktivitas seperti biasa tanpa perawatan medis intensif.


Lebih lanjut, sebanyak sepuluh siswa sekolah dasar mengalami mual dan muntah setelah mengonsumsi makanan MBG. Investigasi menunjukkan adanya puluhan paket makanan dalam kondisi tidak layak konsumsi. Sebanyak 1.026 paket makanan dibagikan ke tiga sekolah, dan temuan makanan basi berada di SD Negeri 33 Kasipute, Bombana.