Berbagai Makna dan Filosofi Lomba-Lomba HUT RI
NU Online · Ahad, 7 Agustus 2022 | 18:00 WIB

Ilustrasi: Lomba tarik tambang menggambarkan sikap gotong royong dan solidaritas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Siti Maulida
Kontributor
Jakarta, NU Online
Memeriahkan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia, setiap tahunnya diadakan berbagai perlombaan. Selain dalam rangka memberikan hiburan, setiap lomba yang diselenggarakan pada 17 Agustus memiliki makna yang jarang diketahui oleh kebanyakan orang. Bahkan lomba tersebut bagian dari adaptasi di zaman Kolonial Belanda.
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen GTK Kemendikbud) pada tanggal 3 Agustus 2022 lalu mengunggah tentang makna-makna yang terkandung dalam setiap lomba yang diselenggarakan pada momen 17 Agustus.
"Perlu diketahui bahwa ada beberapa jenis lomba tradisional kemerdekaan yang diadaptasi dari zaman kolonial dahulu. Dari semua lomba yang ada pada perayaan Hari Kemerdekaan, lomba apa yang menjadi favorit sahabat GTK?" tulis Ditjen GTK Kemendikbud lewat akun Instagram @ditjen.gtk.kemdikbud.
Dalam unggaha tersebut, dijelaskan lomba-lomba dan maknanya.
Lomba yang mengingatkan kesulitan masyarakat zaman dahulu
Balap karung menjadi lomba yang identik dengan 17 Agustusan. Ternyata ada alasan mengapa memilih karung untuk lomba tersebut. Menurut informasi dari Ditjen GTK Kemendikbud pada zaman penjajah kehidupan masyarakat Indonesia sangat sulit, baik dari segi sandang, pangan dan papan. Sehingga, untuk sandang (pakaian), masyarakat dahulu memanfaatkan karung goni untuk melindungi dan menutup tubuh mereka.
Dengan alasan tersebut balap karung dijadikan lomba untuk memperingati kesulitan penduduk Indonesia di zamannya.
Selanjutnya adalah lomba makan kerupuk. Kerupuk sendiri merupakan makanan murah yang dapat dibeli oleh setiap kalangan. Ditjen GTK Kemendikbud menjelaskan bahwa lomba makan kerupuk merupakan penggambaran dari rakyat Indonesia di masa penjajah yang mengalami kesulitan pangan. Momen 17 Agustus tepat untuk memperingati hal tersebut.
Ditjen GTK Kemendikbud dalam tulisan instagramnya juga mencantumkan lomba egrang. Lomba tersebut ternyata memiliki cerita tersendiri dimana egrang sebagai alat untuk mengolok-olok orang Belanda yang memiliki tubuh tinggi, berbeda dengan tubuh orang Indonesia
Lomba yang mengingatkan kekompakan mayarakat
Lomba panjat pinang merupakan adaptasi dari hiburan masyarakat zaman Kolonial Belanda. Menurut Ditjen GTK Kemendikbud, dahulu saat melakukan perayaan, orang Belanda di Indonesia mengadakan hiburan panjat tiang dengan mengambil beberapa barang yang ingin dicapai di atas tiang. Hal itu memerlukan kekompakan, sehingga di momen hari kemerdekaan panjat pinang menjadi lomba yang identik untuk diselenggarakan.
Lomba selanjutnya adalah tarik tambang. Ditjen GTK Kemendikbud memaknai lomba tarik tambang dengan penggambaran sikap gotong royong yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Tarik Tambang juga mencerminkan rasa kebersamaan dan solidaritas masyarakat.
Selain tarik tambang lomba yang mencerminkan kekompakan adalah lomba bakiak. Menurut penjelasan Ditjen GTK Kemendikbud lomba bakiak memiliki filosofi semangat kekompakan untuk mencapai kemerdekaan.
Kontributor: Siti Maulida
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
2
Workshop Jalantara Berhasil Preservasi Naskah Kuno KH Raden Asnawi Kudus
3
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
4
Rapimnas FKDT Tegaskan Komitmen Perkuat Kaderisasi dan Tolak Full Day School
5
Ketum FKDT: Ustadz Madrasah Diniyah Garda Terdepan Pendidikan Islam, Layak Diakui Negara
6
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
Terkini
Lihat Semua