Nasional

Dunia di Ambang Krisis, Sarbumusi Desak Pemerintah Fokus pada Perlindungan Rakyat

NU Online  ·  Sabtu, 3 Mei 2025 | 16:00 WIB

Dunia di Ambang Krisis, Sarbumusi Desak Pemerintah Fokus pada Perlindungan Rakyat

Logo Sarbumusi. (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online 

Empat bulan setelah pandemi Covid-19 diumumkan secara global pada 2020, International Labour Organization (ILO) mencatat 1,25 miliar pekerja terdampak atau 80 persen tenaga kerja dunia. Namun pemulihan tak kunjung tiba, konflik Rusia-Ukraina, ketegangan di Timur Tengah, hingga kebijakan tarif resiprokal Donald Trump di awal 2025 semakin memperburuk keadaan.  


Presiden Konfederasi Sarbumusi NU Irham Ali Saifuddin memberikan prediksi ekonomi dunia beberapa tahun ke depan akan semakin memburuk.


"Saat ini 1 lansia mungkin bisa ditopang 6 pekerja. Tahun 2050 tinggal 2 pekerja yang harus menanggung 1 lansia ini akan memperburuk ekonomi global," ucap Irham di Bincang Bareng Lakpesdam Spesial Moment, May Day dengan tema "Cerita Buruh dan Harapan Jaminan Kerja Pekerja Sektor Informal" pada Jumat (2/5/2025).


Irham memberikan sebuah data yang berisi tenaga kerja di Indonesia yang berjumlah 150 juta yang berasal dari sektor informal sebanyak 60% namun yang mendapatkan BPJS ketenagakerjaan hanya 1,5% pekerja informal.

 
"Dari 150 juta pekerja di Indonesia 60 persen tenaga kerja Indonesia adalah pekerja informal dan hanya 1,5 persen pekerja informal yang memiliki BPJS Ketenagakerjaan," ujarnya.


Menurut Irham meskipun bekerja di bidang formal namun tidak semua pekerja memiliki BPJS ketenagakerjaan padahal seharusnya itu merupakan kewajiban perusahaan.


"Tidak semua pekerja formal punya BPJS Ketenagakerjaan. Ini paradoks padahal seharusnya perusahaan wajib menyediakan," jelasnya.


Sarbumusi NU akhirnya mengambil inisiatif dengan program iuran mandiri setiap anggotanya untuk membantu korban kecelakaan anggotanya. "Kami terpaksa berinovasi karena pemerintah absen menangani ini padahal dengan Rp7 triliun dampaknya akan sangat besar untuk mitigasi kecelakaan kerja," ungkap Irham.


Menurut Irham hal yang penting untuk segera dilakukan pemerintah bukan hanya menjaga negara secara pertahanan saja namun juga menjaga negara secara ekonomi.


"Pertahanan negara jangan dilihat dari kacamata militer semata kita sedang diserang secara ekonomi melalui perang dagang" tuturnya.


"Daripada membuat UU mubazir, fokuslah pada isu ekonomi. Kemiskinan ekstrem harus segera ditangani sebelum terjadi resesi terbuka"  tambahnya.


Ia mengingatkan janji pertumbuhan ekonomi 8% Prabowo akan sulit tercapai jika kemiskinan terus meningkat ekonomi karena ekonomi negara ini 60% ditopang konsumsi rumah tangga jika rakyat miskin maka rakyat kehilangan daya beli.


Irham berpesan kepada kaum muda untuk terus belajar banyak hal seperti AI, machine learning serta meningkatkan skil dan tidak membuang waktu dengan berpolitik praktis.


"Pengangguran muda kita 18-21% output pendidikan tidak kompetitif jangan buang waktu dengan politik praktis Belajar AI, machine learning, dan upgrade skill. Dunia semakin kompetitif," katanya.


"Saya yang sudah sepuh saja belajar AI. Kalian yang muda harus lebih gila lagi. Fokus pada pengetahuan, bukan omong kosong," tambahnya.


Menurut Irham masa depan anak muda dan Indonesia ada pada tangan anak muda sendiri dan tidak terlalu bergantung pada pemerintah serta terus meningkatkan kemampuan individu.


"Kita harus mengendalikan masa depan sendiri, pemerintah harus lindungi rakyat, generasi muda harus berinvestasi pada skill. Tidak ada waktu untuk bermain-main," pungkasnya.