Gus Yahya Sebut Etnis Cina dan Arab Jadi Tulang Punggung Kebudayaan Betawi
NU Online · Jumat, 2 Desember 2022 | 17:30 WIB

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat memberikan sambutan pada Rakernas V Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) di Perkampungan Budaya Betawi, Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat (2/12/2022). (Foto: NU Online/Suwitno)
Aru Lego Triono
Penulis
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyebut etnis Cina dan Arab menjadi tulang punggung kebudayaan Betawi.
Pernyataan itu disampaikan Gus Yahya saat menghadiri pembukaan rangkaian agenda Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) NU di Perkampungan Budaya Betawi, Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat (2/12/2022).
"Di dalam sistem pemerintahan Hindia Belanda yang menjadi tulang punggung kebudayaan Betawi pada saat itu adalah Cina dan Arab," ungkap Gus Yahya.
Menurutnya, Arab dan Cina memiliki previlese tersendiri dalam konteks sistem pemerintahan Hindia Belanda. Itulah sebabnya banyak ekspresi kebudayaan yang timbul dari kedua etnis tersebut sehingga membentuk kebudayaan Betawi.
Salah satunya, Gus Yahya memberi contoh, baju koko putih yang kerap dikenakan di berbagai agenda, bahkan sejak sebelum menjabat ketua umum PBNU hingga saat ini. Ia menyebut, kerah dari baju koko itu sebagai kerah Betawi.
"Ini kerah Betawi. Tapi kalau datang ke penjahit, ini istilahnya kerah shanghai," tutur Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.
Gus Yahya menegaskan, keseimbangan antara etnis Arab dan Cina di dalam kebudayaan Betawi ini menjadi sangat penting untuk dipelihara dan dipertahankan. Menjadi sangat bahaya apabila Cina dan Arab saling bertabrakan.
"Kalau Arab dan Cina ini tabrakan, keseimbangan Betawi bubar, dan itu bahaya bagi keutuhan sistem Indonesia," tegasnya.
Lebih lanjut, Gus Yahya mengatakan bahwa momentum Rakernas V Lesbumi NU di Perkampungan Budaya Betawi, Setu Babakan ini sangat berharga. Sebab menjadi pengingat tentang keindahan budaya Betawi untuk terus dijaga dan dipertahankan.
Gus Yahya juga merasa bahagia karena di sisi kiri dan kanan panggung terdapat sepasang ondel-ondel sebagai bagian dari simbol kebudayaan Betawi. Ia kemudian menjelaskan tentang persepsi mengenai Betawi dari sudut pandang orang Jawa.
"Saya orang Jawa, tapi bahkan dalam persepsi jawa, Betawi adalah metropolis, dan orang yang datang ke Betawi ini perlu menjadikan dirinya sebagai bagian dari metropolitan Betawi," ungkapnya.
Dalam pandangan Gus Yahya, sudah sejak lama Betawi menjadi sangat metropolis. Ia mengatakan, Betawi adalah wilayah yang secara resmi diklaim pertama kali oleh pemerintah Belanda. Bahkan, di tanah Betawi inilah didirikan pusat pemerintahan Hindia Belanda.
"Itulah sebabnya maka pada mulanya yang dimobilisasi atau mungkin secara sukarela bergabung dalam metropolitan Betawi ini adalah kelas atas," pungkas Gus Yahya.
Pembukaan Rakernas V Lesbumi NU ini dimeriahkan dengan berbagai macam kesenian Betawi. Mulai dari palang pintu, tarian selamat datang, gambus, hingga kesenian sastra lisan Ngebuleng.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Syakir NF
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua