Nasional

Harapan Nyai Sinta Nuriyah terhadap Pemimpin Bangsa

Jumat, 12 Januari 2024 | 18:00 WIB

Harapan Nyai Sinta Nuriyah terhadap Pemimpin Bangsa

Nyai Sinta Nuriyah. (Foto: dok. istimewa)

Jakarta, NU Online

Istri mendiang Presiden Keempat Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid, Sinta Nuriyah Wahid mengungkapkan bahwa pemimpin yang diharapkan dapat membawa kemakmuran, kesejahteraan, dan kebaikan, tidak hanya bagi bangsanya tetapi juga bagi negaranya, haruslah merupakan individu yang amanah dan mampu menegakkan keadilan.


"Pikiran dan pandangan saya tetap sama, yang akan menjadi pemimpin yang kita harapkan, bisa membawa kemakmuran, kesejahteraan, dan kebaikan, tidak hanya bagi bangsanya tetapi juga bagi negaranya, adalah orang yang amanah, yang bisa menegakkan keadilan," ujarnya pada Konferensi Pers Seusai Pertemuan antara Gerakan Nurani Bangsa dengan Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin di Istana Wakil Presiden, Kamis (11/1/2024).


Ia menegaskan bahwa yang paling penting adalah orang yang menebar kebaikan, terutama memiliki kemampuan untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara. Hal ini dikarenakan, seperti yang dipelajari dari sejarah, bahwa negara kita telah dipersatukan oleh Mahapatih Gajah Mada dari Sabang sampai Merauke, membentuk satu negara yang utuh, tidak terpecah belah meskipun terdiri dari berbagai suku dan agama.


Menurutnya, keutuhan juga harus dijaga, dan Indonesia harus memiliki pemimpin dengan karakteristik tersebut. Artinya, pemimpin yang tidak hanya memikirkan kelompoknya, etnisnya, atau agamanya saja, tetapi mempertimbangkan semua elemen.

 

Ia menekankan bahwa bangsa Indonesia adalah satu kesatuan yang harus dijaga keutuhannya, bersaudara membentuk satu nusa, satu bangsa, satu bahasa.


"Orang yang bisa amanah menjaga keutuhan ini, itulah yang harus kita pilih menjadi pemimpin bangsa," pungkasnya.

 

Perwakilan Gerakan Nurani Bangsa (GNB), yang terdiri dar Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Quraish Shihab, Sayyid Muhammad Hilal Al Aidid, Lukman Hakim Saifuddin, Karlina Rohima Supelli, Makarim Wibisono, Kardinal Suharyo, Pendeta Gomar Gultom, dan Alissa Wahid menemui Wakil Presiden Republik Indonesia (Wapres RI) KH Ma'ruf Amin di Istana Wakil Presiden, Kamis (11/1/2024).


Menteri Agama Republik Indonesia 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin mengungkapkan  bahwa GNB bertemu pada titik temu yang sama, yakni komitmen untuk menjaga keutuhan bangsa di tengah keragaman yang beragam. Ia pun menekankan pentingnya menjaga, merawat, dan memelihara keutuhan bangsa ini, karena hal tersebut merupakan warisan dari para pendahulu.


"Jadi keutuhan bangsa, konsen kami ini," ujarnya  pada Konferensi Pers Seusai Pertemuan antara Gerakan Nurani Bangsa dengan Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin di Istana Wakil Presiden, Kamis (11/1/2024).


Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Pemilu, sebagai sebuah agenda politik yang berlangsung secara periodik dan memiliki hakikat sebagai keniscayaan dari proses demokrasi, tidak dapat dihindari melahirkan banyak polarisasi yang berpotensi mengancam keutuhan bangsa.

 

GNB menyuarakan hal tersebut sebagai bentuk pengingat kepada kesadaran seluruh anak bangsa bahwa keutuhan bangsa ini harus dijaga dengan cara lebih mengedepankan nilai-nilai, nilai moral, nilai etika, asas-asas kepantasan, dan kepatutan.


"Tadi oleh Bapak Wapres tadi ditekankan bahwa setiap kita, seluruh anak bangsa hendaknya selalu disadarkan agar senantiasa menggunakan akal sehatnya dan hati yang bersih begitu," imbuhnya.


Menurutnya akal sehat dan hati bersih bukan untuk dipisahkan, apalagi diperhadapkan atau dibentur-benturkan, melainkan merupakan satu kesatuan yang harus digunakan secara bersamaan, yaitu akal sehat dan hati yang bersih.

 

Poin tersebut tidak hanya berlaku bagi seluruh anak bangsa, melainkan juga khususnya bagi penyelenggara negara yang telah diberi amanah untuk menegakkan keadilan dalam rangka mewujudkan kemaslahatan bersama.