Nasional

KH Afifudin Muhajir Luruskan Makna Fiqih Peradaban: Bukan Fiqih Adab, tapi Fiqih Hadharah

Kamis, 11 Agustus 2022 | 15:30 WIB

KH Afifudin Muhajir Luruskan Makna Fiqih Peradaban: Bukan Fiqih Adab, tapi Fiqih Hadharah

Wakil Rais 'Aam PBNU, KH Afifuddin Muhajir. (Foto: dok. Tanwirul Afkar)

Bantul, NU Online

Wakil Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Afifuddin Muhajir mengatakan fiqih peradaban baru pertama kali dibahas oleh NU. Meskipun sebetulnya secara substansi sudah dibahas lama oleh NU, tetapi secara bungkus ini baru. 


“Para santri kami khususnya di daerah Madura barangkali masih sangat asing dengan istilah fikih peradaban. Yang seringkali mereka dengar adalah fiqih munakahat dan fiqhun nisa sementara fikih peradaban masih baru,” kata Kiai Afif dalam Peluncuran Seri Halaqah Fiqih Peradaban bertema Fiqih Siyasah NU dan Realitas Peradaban Baru di Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak, Bantul, Yogyakarta Kamis (11/8/2022). 


Kiai Afif kemudian meluruskan konsep fikih peradaban yang kerap disalahartikan sebagai fiqhul adab atau fiqih yang mengatur hubungan murid dengan guru, kiai dengan santri dan lain sebagainya. 


“Karena masih baru ada salah paham tentang apa yang dimaksud fiqih peradaban. Ada yang mengatakan bahwa fiqhul adab atau fiqih sopan santun akan tetapi sesungguhnya yang benar seperti yang kita bahas ini yakni fiqih peradaban identik dengan fiqhul hadharah,” jelasnya.


Dijelaskan, hadharah adalah kebalikan daripada albadawah. Ada insan hadhari ada insan badawiyah. Insan badawi ini manusia-manusia yang primitif sementara insan hadhari adalah  manusia-manusia yang sudah maju. 


Kiai Afif kemudian menerangkan bahwa tugas utama manusia tak lain adalah untuk membangun peradaban. Peradaban di sini artinya membangun akhlak dan adab bukan pembangunan fisik seperti gedung.


“Sesungguhnya yang diberi beban utama dan amanat dari Allah swt untuk membangun peradaban di atas bumi ini adalah umat manusia. Umat manusia sudah diangkat sebagai khalifah fil ardhi sekaligus amirul fil ardhi,” ungkapnya. 


Artinya, terang kiai Afif, Allah swt menjadikan manusia sebagai pemimpin (Amir), makhluk-makhluk pembangunan di atas bumi. Pembangunan di sini bukan hanya imarah madhi akan tetapi juga imarah maknawi. 


Kiai Afif berharap kegiatan fiqih peradaban ini tidak hanya bermanfaat untuk masyarakat Indonesia saja melainkan dunia.

 

“Mudah-mudahan kegiatan yang pertama ini akan diikuti kegiatan yang lainnya dan mudah-mudahan bermanfaat bukan hanya bagi kita di Indonesia tetapi juga untuk dunia,” harapnya.


Seri Halaqah Fiqih Peradaban digelar dalam rangka menyambut 1 Abad Nahdlatul Ulama. Rencananya kegiatan ini akan diselenggarakan di 250 titik lokasi, dan puncaknya pada Januari 2023 mendatang.

 

Rinciannya 75 di Jawa Timur, 75 di Jawa Tengah dan DIY, 50 di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten, serta 50 titik di luar Pulau Jawa. Kegiatan ini akan melibatkan 12.500 ulama di seluruh Indonesia. 


Kontributor: Suci Amaliyah

Editor: Fathoni Ahmad