Kiai Miftach Beberkan Fungsi Ketenangan Beribadah bagi Orang Makrifat
NU Online · Sabtu, 10 Mei 2025 | 14:00 WIB

Tangkapan layar video Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar mengisi pengajian Kitab Syarh Al-Hikam di Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya pada Jumat (9/5/2025).
Achmad Risky Arwani Maulidi
Kontributor
Jakarta, NU Online
Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar menjelaskan fungsi ketenangan saat menjalankan ibadah bagi orang makrifat. Hal ini Kiai Miftach sampaikan dalam agenda rutin bakda shalat Jumat yakni pengajian Kitab Syarh Al-Hikam di Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya.
Kiai Miftach menerangkan bahwa setiap orang mengharapkan halawah (ketenangan) dalam menjalankan ibadah kepada Allah taala. Akan tetapi bagi orang makrifat ketenangan ini ditempatkan bukan sebagai tujuan utama dalam beribadah.
"Tapi ketahui, nyaman, tenang itu masih ada nafsu, masih ada haddun nafsi (kendali nafsu), masih bisa berupa penyakit. Kalau orang sudah mencapai maqam makrifat tidak ada tenang yang muncul dari dirinya, yang ada ridha gitu saja," terangnya dalam tayangan YouTube Multimedia KH. Miftachul Akhyar NU Online pada Sabtu (10/9/2025) pagi.
Menurut Kiai Miftach, bagi seseorang yang mencapai status makrifat menganggap bahwa ketenangan dalam ibadah berfungsi sebagai pengantara menuju Allah. Jika seseorang terlena dengan ketenangan lalu enggan melanjutkan ibadah maka boleh jadi justru membahayakan.
Sebaliknya, ketenangan dapat bertambah dan bertahan manakala diberdayakan bagi ibadah selanjutnya. Dengan demikian, ia mengajak agar umat Islam mendayakan ketenangan sebagai batu loncatan.
"Oleh karena itu, manakala kita menemukan sebuah ibadah kok ada rasa manis (di hati). Jangan berhenti dengan rasa manis itu, Alhamdulillah tadi kok wiridku enak. Wah berarti ini, saya disuruh terus langsung," tuturnya, membahasakan ulang pernyataan ulama sufi, Syekh Ismail bin Nujaid.
Seseorang yang terlena dengan ketenangan ibadah, lanjut Kiai Miftach, berarti ia terjegal nafsu di persimpangan. Sebab, pada dasarnya ketenangan adalah motivasi untuk melanggengkan ibadah kepada Tuhan yang Maha Kuasa sekaligus menjaga keikhlasan.
"Banyak orang yang tidak sampai jalannya, kena begal di tengah jalan oleh nafsu dan syaitan dengan rasa manis dan rasa halawah itu tadi. Dikiranya sudah nyampe padahal masih jauh," ungkapnya.
Rais 'Aam PBNU kesebelas itu pun menegaskan, ketenangan penting bagi pertimbangan keberlanjutan ibadah seorang hamba di dunia. Pasalnya, ketenangan sejati di akhirat dapat dicapai manakala mampu menggunakan ketenangan itu sesuai pada tempatnya.
"Karena apa, nanti ada tempat yang kita akan tenang, tenang yang sesungguhnya, nikmat yang sesungguhnya, kaya yang sesungguhnya. Diturunkan bukan disini. Ini yang perlu kita pegangi," tandasnya.
Terpopuler
1
Panduan Shalat Idul Adha: dari Niat, Bacaan di Antara Takbir, hingga Salam
2
Takbiran Idul Adha 1446 H Disunnahkan pada 5-9 Juni 2025, Berikut Lafal Lengkapnya
3
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
4
Khutbah Idul Adha: Mencari Keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam Diri Manusia
5
Terkait Polemik Nasab, PBNU Minta Nahdliyin Bersikap Bijak dan Kedepankan Adab
6
Khutbah Jumat: Meraih Hikmah Kurban di Hari Raya Idul Adha
Terkini
Lihat Semua