Nasional

Kiai Miftach Sampaikan Alasan di Balik Susah dan Senang Manusia

NU Online  ·  Sabtu, 19 Juli 2025 | 11:00 WIB

Kiai Miftach Sampaikan Alasan di Balik Susah dan Senang Manusia

Tangkapan layar ceramah KH Miftachul Akhyar saat Ngaji Kitab Syarh Al-Hikam.

Jakarta, NU Online
Ras 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar mengungkapkan bahwa setiap manusia niscaya mengalami susah dan senang. Keadaan hati semacam ini silih berganti dirasakan oleh manusia.


"Al-qabdhu (susah) dan al-basthu (senang) itu memang maqam kita. Allah membuat senang dan susah itu talwin namanya, Allah memberikan variasi-variasi," ungkapnya saat pertemuan ke-130 Ngaji Kitab Syarh Al-Hikam yang ditayangkan pada kanal Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar, dikutip NU Online, Sabtu (19/7/2025).


Menurut Kiai Miftach, Allah mendesain rasa susah dan senang yakni untuk menghiasi laku hidup manusia yang kerap dihinggapi jenuh dan bosan. Secara bersamaan, hal itu untuk meningkatkan kecakapan manusia dalam menghadapi berbagai bentuk tantangan di depan.


Dilanjutkan, kondisi semacam itu menyasar secara ke semua orang, dengan berbagai pangkat dan gelarnya. Seseorang yang awam, kiai, wali, bahkan nabi pun mengalami susah dan senang. Justru disebut aneh bila mendapatkan salah satu saja dari keduanya.

 

"Jadi itu isi-isian (hidup) di dunia, qabdhu dan basthu. Mestinya Panjenengan (Anda) kok senang terus, tidak ketemu susah Sampean harus mengadu kepada Allah, begitu juga sebaliknya," tutur Kiai Miftach dalam pengajian yang disiarkan dari Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Jl Kedung Tarukan No 100, Surabaya, Jawa Timur.


"Jangan curiga, semua itu untuk menjadikan kita ini orang yang tahan bantingan, kebal, handal, menghadapi situasi, ujian dan cobaan apa pun dan kapan pun," sambung Rais Syuriyah PCNU Surabaya masa khidmah 2000-2005 itu.


Kiai Miftach pun menegaskan bahwa kesadaran atas keniscayaan senang dan susah sangat dibutuhkan. Pasalnya, keduanya dapat membantu manusia menggali faedah dari peristiwa yang menimpanya.

 

Mereka yang telah mampu menegakkan semangat ini, dalam ilmu tasawuf, layak memasuki tahap fana' dan baqa' alias hanya Allah yang ada.

 

"Susah dan silih berganti, itu akan terjadi. Tinggal bagaimana dia menyikapinya. Setelah dia teruji dan sukses, berhasil, lolos, dinaikkan oleh Allah menjadi fana dan baqa," terangnya.