Nasional

Komite Tinggi Persaudaraan Manusia Ajak PBNU Kerja Sama Promosikan Toleransi Beragama di Asia Tenggara

Kamis, 11 Juli 2024 | 16:30 WIB

Komite Tinggi Persaudaraan Manusia Ajak PBNU Kerja Sama Promosikan Toleransi Beragama di Asia Tenggara

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar memberikan cenderamata kenang-kenangan kepada Sekretaris Jenderal Komite Tinggi Persaudaraan Manusia Khaled Al-Ghaith di Gedung PBNU, Jakarta, Kamis (11/7/2024). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menerima kunjungan dari Sekretaris Jenderal The Higher Committee of Human Fraternity (Komite Tinggi Persaudaraan Manusia) Khaled Ghanim Al-Ghaith, pada Kamis (11/7/2024).


Kunjungan tersebut diterima langsung oleh Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar didampingi Katib 'Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori dan Rais Syuriyah PBNU KH Cholil Nafis.


"Pertemuan itu mengajak kerja sama (PBNU) di internasional khususnya di (wilayah) Asia Tenggara untuk bersama-sama mempromosikan toleransi beragama, membuat forum atau pelatihan dalam bentuk pendidikan tentang toleransi," katanya kepada NU Online, usai melangsungkan pertemuan.


Kiai Cholil mengatakan, PBNU menyambut baik tawaran itu. Ia menuturkan bahwa rencana tesebut nantinya akan ditindaklanjuti melalui kesepatakan dengan ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).


"Akan kami sampaikan kepada jajaran tanfidziyah dan kita bisa saja mengundang tokoh-tokoh internasional di Indonesia atau para kiai, itu memberikan wawasan tentang toleransi di dunia Arab, termasuk di Abu Dhabi dan sekitarnya," jelas Kiai Cholil Nafis.


Penasihat Komite Tinggi Persaudaraan Manusia, Erizal mengatakan bahwa kedatangannya itu juga untuk memperkuat dan mengembangkan model kerja sama toleransi di seluruh dunia. Pihaknya mengajak PBNU untuk menggelar forum dialog antaragama se-Asia Tenggara.


"Kerja sama antara The Higher Committee of Human Fraternity dan PBNU adalah untuk mengembangkan model toleransi untuk kehidupan bersama dalam forum-forum yang dijalankan oleh PBNU di sekitar Indonesia (Asia Tenggara)," jelasnya kepada NU Online.


Lebih spesifik, ia juga ingin menjadikan Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama, atau dokumen yang menjadi alasan berdirinya Komite Persaudaraan Manusia, menjadi dokumen yang dikenal oleh negara-negara di Asia Tenggara dan seluruh dunia.


"Kita akan mengumpulkan kepala (ketua) masyarakat, terutama di seluruh Asia tenggara untuk bertemu dan mengangkat dokumen ini, sebagai dokumen yang penting dan untuk memperkenalkan modul-modul pendidikan di negara masing-masing untuk toleransi dan hidup bersama," jelasnya.


Sebagai informasi, Komite Tinggi Persaudaraan Manusia didirikan pada Agustus 2019, di Casa Santa Maria, Roma, Italia. Komite ini didirikan beberapa bulan setelah pertemuan bersejarah Paus Fransiskus dan Imam Agung Al-Azhar, Ahmed Al-Tayeb di Abu Dhabi pada 4 Februari 2019, dengan menandatangani Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama.


Komite Tinggi Persaudaraan Manusia terdiri dari para pemimpin agama, cendekiawan dan eksponen budaya dari seluruh dunia, baik Kristen, Muslim dan Yahudi, yang terinspirasi oleh dokumen tersebut dan berdedikasi untuk mempromosikan cita-cita perdamaian dan saling menghormati.