Nasional

Lantik ISNU Sumenep, Ali Masykur Sebut Berbagai Tantangan Sarjana NU di Abad Kedua

Selasa, 14 Maret 2023 | 06:00 WIB

Lantik ISNU Sumenep, Ali Masykur Sebut Berbagai Tantangan Sarjana NU di Abad Kedua

Ketum PP ISNU, Prof Ali Masykur Musa saat Pelantikan Pimpinan Cabang (PC) ISNU Sumenep, Jawa Timur, Senin (13/3/2023). (Foto: NU Online/Firdausi)

Sumenep, NU Online
Ketua Umum (Ketum) Pimpinan Pusat (PP) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Prof Ali Masykur Musa mengatakan, tantangan di abad kedua bagi sarjana NU adalah mempertahankan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah, kemandirian ekonomi, dan teknokrasi.


Dalam sambutannya di acara Pelantikan Pimpinan Cabang (PC) ISNU Sumenep, Jawa Timur, Senin (13/3/2023), Ali Masykur menguraikan, tantangan pertama yang harus dihadapi adalah melawan gerakan disiden yang menolak Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Undang-Undang Dasar 1945. Di dalam Pasal 37 Ayat 5, kata Ali Masykur, ditegaskan bahwa Pembukaan UUD 1945 tidak boleh diubah. 


"Barangsiapa yang ingin mengoyak-oyak Merah Putih, sama saja melawan maidah bernegara dan menolak keberadaan NKRI yang didirikan oleh kerajaan dan ulama. TNI dan Polri tidak cukup melawan secara kuratif terhadap gerakan terorisme yang dilakukan oleh sekelompok orang. Paham ideologi itu harus ditaklukkan oleh ideologi NU," ucapnya.


Menyikapi hal itu, kata dia, aparat penegak hukum harus bekerja sama dengan NU yang di dalamnya ada ISNU. Dengan begitu, kaum intelektual NU menyadarkan mereka untuk mengakui bahwa Pancasila dalam pandangan umat Islam telah selesai dan dirumuskan dalam Muktamar ke-27 NU di Situbondo tahun 1984.


"NKRI adalah mu'ahadah wathaniyah atau disebut darul mitsaq. Meskipun mayoritas umat Islam, tetapi Pancasila dalam pandangan Islam itu tidak bertentangan. Falsafah negara pencerahannya adalah agama. Bagi yang mengingkarinya, berarti menolak ukhuwah wathaniyah yang dicetuskan oleh KH Achmad Siddiq," ungkapnya.


Tak hanya itu, ia menceritakan bahwa sebelum kemerdekaan, NU sudah berdiri. Bahkan KH Abd Wahab Chasbullah mengumpulkan para intelektual guna memikirkan negara melalui wadah Tashfirul Afkar. Wadah ini menjelma menjadi ISNU.


"ISNU adalah is Nahdlatul Ulama. Jika mau memikirkan Indonesia ke depan, lihatlah NU. Tapi kalau ingin melihat NU ke depan, maka lihatlah ISNU. Untuk itu, para intelektual harus memperkokoh ideologi Aswaja secara paralel di negeri ini," ujarnya.


Teknokrasi dan kemandirian ekonomi*
Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Pergerakan Mahasiswa Islam Indoensia (PMII) masa khidmah 1991-1994 itu mengajak untuk mengubah manajerial organasisi. Hal yang paling penting adalah menyiapkan 'ladang candradimuka' bagi pemuda NU untuk dijadikan teknokrat di semua elemen negara ini.


"Kami setuju dengan al-muhafadhatu 'ala qadimis shalih, seperti mempertahankan ubudiyah dan amaliyah sebagai khazanah keislaman. Namun jika negeri ini diisi dengan orang yang tidak paham hubungan kultur dengan negara dan agama, rusak negeri ini," sergahnya menggebu-gebu. 

 

Ali Masykur mengibaratkan bahwa Indonesia luas dan memiliki ombak yang besar. Jika kapalnya kecil akan tenggelam. Kalau NU-nya kecil, Indonesia akan terancam. Alumnus Pesantren Al-Fatah Mangunsari Tulungagung itu mengajak pada pemerintah untuk menjadikan kapal besarnya adalah Aswaja.

 

"Kapal besar ini memiliki pandangan yang eklektif dengan asupan yang kuat atau menguntungkan negara. Begitu ombak besar menerjang, TNU akan membersamai TNI," urainya.

 

Menurutnya, transformasi budaya masyarakat sudah berubah. Cara dakwah ISNU pun harus berubah. Cara berorganisasi harus adaptif dengan mengedepankan teori organization behavior. Artinya, perilaku berorganisasi harus berubah agar masyarakat tidak mencari panutan yang lain. 


"Pengurus harus peka di era digital. Transformasi sebuah organisasi akan mengikuti kondisi zaman. Jika pengurus membuat konten di media digital, maka ada adapsi perubahan," terangnya.

 

Selain itu, yang tak kalah penting lagi adalah mengembangkan kemandirian ekonomi. Alumnus Pesantren Panggung Tarbiyatul Ulum Tulungagung ini mengimbau agar anak-anak muda harus dibangun jiwa entrepreneurship agar menjadi konglomerat NU. Jika tercapai, organisasi ini tidak dikatakan organisasi proposal.

 

"Mari bertranformasilah secara profesional. Pengurus harus konsen pada ISNU, jangan mencabang. Jadikan pilihan dan tempat pengabdian," pintanya kepada kaum intelektual NU yang berkumpul di Pendopo Keraton Sumenep, Jawa Timur.


Ali Masykur mendoakan, semoga mendapat berkah dari Allah di tempat yang bertuah dan bersejarah ini. Pasalnya yang ia rasakan ibarat hidup di abad ke-17. Ini menunjukkan bahwa Sumenep memiliki sejarah dalam mendirikan negara.

 

"Burung gelatik hinggap di meja, setelah dilantik segera bekerja. Jangan jadi burung gelatik makan apem, setelah dilantik melempem," pesannya dengan berpantun.


Kontributor: Firdausi
Editor: Kendi Setiawan