Nasional

Menag Nasaruddin Ibaratkan Agama seperti Nuklir

NU Online  ·  Rabu, 6 Agustus 2025 | 12:00 WIB

Menag Nasaruddin Ibaratkan Agama seperti Nuklir

Menteri Agama Nasaruddin Umar saat menyampaikan keterangan dalam konferensi pers usai acara Silaturahim Nasional Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Lembaga Keagamaan di Serpong, Tangerang, Banten, Rabu (6/8/2025). (Foto: NU Online/Syakir)

Tangerang, NU Online

Menteri Agama Nasaruddin Umar mengibaratkan agama seperti nuklir. Pernyataan itu ia sampaikan dalam Silaturahim Nasional Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Lembaga Keagamaan di Serpong, Tangerang, Banten, Rabu (6/8/2025).

Menurutnya, nuklir merupakan sumber energi pembangkit listrik yang paling murah sehingga sejumlah negara memilih menggunakannya ketimbang minyak atau batubara.


"Listriknya murah. Nuklir sangat berjasa," katanya.


Namun, di sisi lain, lanjut Menag Nasaruddin, nuklir juga memiliki sisi berbahaya karena dapat menjadi alat penghancur yang dahsyat.


"Nuklir sangat berjasa. Tapi nuklir juga bom yang sangat menghancurkan. Pemusnah kemanusiaan," ujarnya.


Karena itu, Menag mengajak seluruh peserta Silatnas FKUB menjadikan agama beserta rumah ibadahnya bukan hanya sebagai tempat beribadah, melainkan juga rumah kemanusiaan.


"Mari kita jadikan rumah ibadah sebagai rumah kemanusiaan. Kemanusiaan hanya satu gak ada warnanya," katanya.


Ia menekankan bahwa dengan menjunjung kemanusiaan, yang harus dikedepankan adalah kesamaan sebagai manusia dan warga negara, bahkan sebagai bagian dari alam semesta.


"Yang diperlukan kita sama-sama bangsa Indonesia, anak manusia, anak cucu Adam, berkebudayaan maritim, lahir dari proses sejarah panjang. Kita dipersatukan ini semua," lanjut Menag.


Imam Besar Masjid Istiqlal itu menambahkan, semakin dalam seseorang memahami agamanya, semakin mudah pula menemukan titik temu dengan pemeluk agama lain.


"Kalau umat kita masih menekankan perbedaan, itu pertanda dangkalnya pemahaman umat kita," katanya.


Ia menegaskan bahwa kedalaman pemahaman agama tidak ditentukan oleh atribut yang dikenakan tokoh agama, melainkan tercermin dari sikap dan tindakan sehari-hari.


"Kita akan melihat tutur kata, bahasa tubuh, kebajikan, kearifan," lanjut Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.


Silatnas FKUB ini diikuti oleh sejumlah perwakilan lembaga keagamaan dari seluruh Indonesia. Acara pembukaan turut dihadiri Sekjen Kemenag Kamaruddin Amin, para pejabat di lingkungan Kemenag, serta perwakilan sejumlah kementerian.