PBNU Dukung Gerakan Belarasa untuk Teruskan Perjuangan Paus Fransiskus, Selaras dengan Ajaran Islam
NU Online · Kamis, 24 April 2025 | 13:00 WIB
M Fathur Rohman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) mendukung Gerakan Belarasa yang akan diluncurkan Keuskupan Agung Jakarta di Museum Nasional, pada 3 Mei 2025 mendatang.
"Kami mendukung upaya Keuskupan Agung Jakarta ini untuk membuat gagasan dan inisiatif Gerakan Belarasa. Jadi konsep Belarasa ini memang konsep yang sudah menjadi gagasan penting dan ajaran sosial yang sudah banyak berkembang di kalangan para teman-teman Katolik sejak lama," jelas Gus Ulil kepada NU Online, pada Kamis (24/4/2025).
Ia menerangkan, Belarasa ini merupakan terjemahan dari istilah dalam bahasa Inggris, yakni solidarity atau solidaritas.
"Saya senang karena dicarikan istilah solidaritas yang merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia. Ini saya apresiasi teman-teman Katolik mencarikan padanan kata dalam bahasa Indonesia yaitu belarasa atau solidaritas," katanya.
Sejalan dengan ajaran Islam
Gus Ulil juga menjelaskan bahwa belarasa selaras dengan ajaran Islam. Dalam bahasa Arab, belarasa diterjemahkan dengan istilah at-takaful atau at-tadhamun.
"Ajaran mengenai sollidaritas itu ajaran yang juga penting dalam Islam. Umat Islam dan agama Islam mengajarkan kepada umatnya untuk belarasa, untuk bersolidaritas," kata Gus Ulil.
Ia juga menyebutkan bahwa di Nahdlatul Ulama terdapat istilah serupa yakni ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah bashariyah.
"Kita juga bisa mengembangkan konsep at-tadhamun dalam konteks Islam dan dalam konteks Nahdlatul Ulama yaitu konsep tentang at-tadhamun al-Islami yaitu solidaritas dengan sesama Muslim. Ada at-tadhamun al-wathani yaitu solidaritas atau belarasa sesama warga bangsa," jelas Gus Ulil.
Kemudian, ada at-tadhamun al-Insani atau belarasa kemanusiaan. Artinya, setiap manusia bersolidaritas kepada atau dengan siapa pun, tidak peduli agamanya apa.
"Saya kira at-tadhamun atau belarasa pada level sesama umat seagama, sesama anak bangsa, dan sesama manusia tiga-tiganya penting," jelas Pendiri Yayasan Ghazalia College itu.
"Tiga-tiganya diajarkan oleh agama Islam. Kita diperintahkan untuk menolong orang lain walaupun tidak satu agama dengan kita. Kita tidak boleh berlaku tidak adil kepada orang yang tidak seagama dengan kita," jelasnya.
Selain itu, ada ayat Al-Qur'an yang memerintahkan umat Islam untuk tidak membenci kepada suatu kaum, kelompok, atau golongan yang berbeda dengan berbuat tidak adil kepada mereka. Sebab berbuat adil adalah lebih dekat kepada ketakwaannya.
"Sekali lagi saya mendukung upaya Keuskupan Agung Jakarta untuk mengadakan Gerakan Belarasa. Belarasa dalam hal ini ya tentu Belarasa dengan orang-orang yang terpinggirkan, yang memiliki keterbatasan akses, orang-orang miskin, orang-orang dengan disabilitas, kaum minoritas, dan seterusnya," ungkap Gus Ulil.
Ajaran tentang Belarasa juga telah diteladankan oleh Ketua Umum PBNU 1984-1999 KH Abdurrahman (Gus Dur) yang sangat menekankan pentingnya keadilan, solidaritas, dan pembelaan terhadap orang-orang yang terpinggirkan.
"Gus Dur juga mengajarkan pentingnya sikap terbuka, dialog, dan kemanusiaan," tegas Gus Ulil.
Meneruskan perjuangan Paus Fransiskus
Gerakan Belarasa untuk meneruskan perjuangan Paus Fransiskus diluncurkan oleh Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) di bawah kepemimpinan Ignatius Kardinal Suharyo lewat Lembaga Daya Dharma KAJ (LDD-KAJ).
Gerakan ini menjadi perwujudan ajaran kemanusiaan Paus Fransiskus yang menekankan pentingnya iman, persaudaraan, dan bela rasa sebagai inti hidup beragama.
Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo menegaskan bahwa sejak 2014, pihaknya telah mengajak umat Katolik untuk hidup semakin beriman, bersaudara, dan berbela rasa.
Tiga nilai Itu pula yang kemudian diangkat menjadi tema kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia pada 2024, yang disambut dengan penuh makna oleh seluruh umat lintas agama.
“Paus Fransiskus bukan sekadar pemimpin gereja Katolik, tetapi pribadi yang mewariskan nilai-nilai kemanusiaan yang mulia,” ujar Kardinal Suharyo dalam keterangan pers yang diterima NU Online, pada Kamis (24/4/2025).
“Ketika beliau (Paus Fransiskus) berpulang pun, beliau tidak menginginkan kemegahan dalam upacara pemakamannya. Itu adalah teladan sejati," kata Suharyo.
Ia mengenang saat menghadiri misa di GBK, Paus mengingatkan umat Katolik di Indonesia untuk saling berbelarasa. Paus mengutip pernyataan Bunda Teresa, sosok yang terkenal melayani dan mengadvokasi orang-orang miskin, sakit, serta kaum papa.
"Santa Teresa dari Kalkuta pernah berkata: 'ketika kita tidak memiliki apa pun untuk diberikan, hendaklah kita memberikan ketiadaan itu. Dan ingatlah, bahkan ketika kamu tidak menuai apa-apa, jangan pernah lelah menabur'," ujar Suharyo mengutip Paus.

Gerakan Belarasa yang akan diluncurkan bukan hanya sekadar acara seremonial, melainkan sebuah gerakan kemanusiaan yang melibatkan banyak pihak, dari masyarakat akar rumput hingga sektor swasta.
Dalam expo pelayanan sosial yang digelar sepanjang hari, pengunjung dapat menyaksikan langsung karya pemberdayaan Lembaga Daya Dharma (LDD) Keuskupan Agung Jakarta, yang telah berkiprah selama 63 tahun tanpa memandang suku, agama, golongan dan berbagai perbedaan latar belakang lainnya.
Acara akan dimulai pukul 10.00 WIB dengan doa bersama lintas agama, dipimpin oleh Kardinal Suharyo dan lima tokoh agama lain sebagai simbol persaudaraan lintas iman.
Selanjutnya, publik diajak menjelajahi Galeri dan Bazar Belarasa, mengikuti Dialog Kemanusiaan bersama tokoh publik seperti Dr. Sukidi Mulyadi, Ayu Utami, dan Habib Husein Ja'far Al Hadar, serta menyaksikan pertunjukan teater musikal "Mimpi Anak Pesisir" yang diproduseri oleh Tanta Ginting dan melibatkan anak-anak marjinal sebagai pemeran utama.
“Mayoritas penerima manfaat layanan kami adalah umat Muslim, bahkan banyak yang berasal dari kelompok transpuan. Kami belajar dari ajaran Paus bahwa berbela rasa berarti memeluk semua yang terpinggirkan,” ujar Dita Anggraini dari Divisi Pelayanan Anak LDD.
Peluncuran ini akan ditutup dengan pernyataan dukungan dari mitra masyarakat sipil, tokoh publik, dan sektorswasta sebagai tanda komitmen bersama untuk memperluas gerakan bela rasa ke seluruh Indonesia.
“Maka kami mengundang seluruh warga, para aktivis, perusahaan swasta, pemerintah, pemuka agama untuk bersama-sama mendengarkan kisah dari orang-orang terpinggirkan di Jakarta. Dengarkan kisah mereka. Temuiwajah-wajah harapan itu. 3 Mei 2025 di Museum Nasional,” pungkas P Adrianus.
Peluncuran Asa: Gerakan Belarasa akan digelar di Museum Nasional Jakarta, Sabtu 3 Mei 2025, dan mencakup:
1. Doa Bersama Lintas Agama – dipimpin Kardinal Suharyo dan lima tokoh agama lainnya sebagai simbol solidaritas
iman.
2. Expo Program Sosial dan Galeri Pemberdayaan – menampilkan program pendidikan anak pesisir, komunitas disabilitas, dan kelompok ekonomi kreatif dampingan.
3. Dialog Tokoh – bersama Uskup Agung Ignatius Kardinal Suharyo, Dr. Sukidi Mulyadi, Hj Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, dan Dr Franz-magnis Suseno, SJ yang dimoderatori oleh Ayu Utami. Dialog ini berupa refleksi Gerakan Belarasa dari perspektif agama/spiritualitas dalam konteks sosial-kemasyarakatan di Indonesia.
4. Pertunjukan Teater Musikal & Film Dokumenter – kisah nyata masyarakat pesisir Jakarta Utara difilmkan dan dipentaskan oleh warga lokal dan disutradarai oleh Tanta Ginting.
Dengan mengangkat tema He(Art) of Compassion and Hope, Gerakan Belarasa ingin menyalakan lilin-lilin kecil pengharapan di tengah krisis sosial dan erosi empati yang melanda masyarakat.
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Kabar Duka: Ibrahim Sjarief, Suami Jurnalis Senior Najwa Shihab Meninggal Dunia
6
Ribuan Ojol Gelar Aksi, Ini Tuntutan Mereka ke Pemerintah dan Aplikator
Terkini
Lihat Semua