PBNU Ingin Pesantren Penuhi Standar Gizi yang Layak bagi Santri
NU Online · Selasa, 29 Juli 2025 | 17:00 WIB

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf saat meresmikan pembangunan Dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan meletakkan di Pondok Pesantren Al-Hikamussalfiyah, Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (29/7/2025). (Foto: LTN PBNU/Miftah)
M Fathur Rohman
Kontributor
Purwakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengungkap temuan bahwa sekitar 19 persen santri di sejumlah pesantren mengalami gejala anemia, meski mendapatkan makan secara teratur. Hal ini, menurutnya, bukan soal kelangkaan makanan, tetapi minimnya wawasan nutrisi dalam pengelolaan konsumsi harian di pesantren.
“Ini bukan sekadar soal makan siang. Kita ingin memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi anak-anak kita di pesantren memenuhi standar gizi yang layak,” tegas Gus Yahya sapaan akrabnya di Pondok Pesantren Al-Hikamussalfiyah, Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (29/7/2025).
Menurutnya, banyak pengelola pesantren selama ini memang menyediakan makan tiga kali sehari, namun tidak disertai pemahaman yang cukup soal nutrisi.
"Kenyang, iya. Tapi tetap saja ada santri yang kekurangan zat besi, protein, atau vitamin penting lainnya," ujarnya.
Dalam survei terbatas yang dilakukan PBNU di beberapa pesantren di Jawa Tengah, sekitar 1 dari 5 santri menunjukkan gejala anemia ringan hingga sedang, meskipun memiliki pola makan teratur.
“Ini menjadi tanda penting bagi kita semua, bahwa pemenuhan gizi bukan soal kuantitas, melainkan kualitas. Karena itulah PBNU mengambil langkah sistemik melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG),” ucapnya.
Program MBG yang digagas PBNU bekerja sama dengan Badan Gizi Nasional (BGN) tidak hanya menyediakan makanan gratis, tetapi juga membangun dapur dengan standar pengolahan nutrisi yang terukur. Gus Yahya menyebut, setidaknya 1.000 dapur akan dibangun di pesantren dan sekolah NU di seluruh Indonesia.
Saat ini, terdapat 218 yayasan dan pesantren yang sudah masuk proses verifikasi di portal BGN. Sebanyak 47 titik dapur telah rampung proses pembangunan, dan sisanya dalam antrean verifikasi. Beberapa di antaranya tinggal menunggu penempatan Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) sebagai kepala dapur yang ditunjuk langsung oleh BGN.
"Dapur-dapur ini tidak dikelola sembarangan. Kepala dapurnya harus orang yang memahami nutrisi dan telah dididik secara khusus," jelas Gus Yahya.
Menurut Gus Yahya PBNU ingin dapur-dapur ini menjadi pusat edukasi gizi di lingkungan pesantren.
"Ini soal membangun kesadaran. Bahwa makanan bukan sekadar kenyang, tapi harus mendukung kesehatan jangka panjang, konsentrasi belajar, dan pertumbuhan santri," paparnya.
Program ini juga bertujuan menjawab tantangan jangka panjang pembangunan SDM Indonesia, khususnya di kalangan pelajar pesantren dan madrasah.
"Kalau gizinya lemah, bagaimana bisa mencetak generasi yang unggul? Ini menjadi fondasi dasar," tegas Gus Yahya.
Terkait kekhawatiran akan insiden keracunan di dapur komunitas, Gus Yahya menyebut bahwa pengawasan terus diperketat.
"Kami berkoordinasi erat dengan BGN yang punya mekanisme pengawasan dan mitigasi. Model pengelolaan dapur semakin baik dari waktu ke waktu," ujarnya.
Gus Yahya optimistis, mulai Agustus banyak titik dapur MBG sudah bisa beroperasi penuh. Dengan lebih dari 30 ribu SPPI yang telah dididik, PBNU yakin transisi dapur pesantren menuju dapur bergizi dapat dipercepat secara signifikan.
Ketua PBNU bidang kesejahteraan rakyat Alissa Wahid ditunjuk oleh sebagai Ketua satgas percepatan satuan pelayanan pemenuhan gizi PBNU. Gus Yahya mengingatkan bahwa persoalan gizi bukanlah urusan kelas ekonomi.
"Pemenuhan gizi anak-anak kita, termasuk santri, bukan kemewahan. Ini hak dasar. Negara, masyarakat, dan semua elemen harus bertanggung jawab atas itu," pungkasnya.
Terpopuler
1
Kemenag Tetapkan Gelar Akademik Baru untuk Lulusan Ma’had Aly
2
LKKNU Jakarta Perkuat Kesehatan Mental Keluarga
3
Mahasiswa Gelar Aksi Indonesia Cemas, Menyoal Politisasi Sejarah hingga RUU Perampasan Aset
4
3 Alasan Bulan Kedua Hijriah Dinamakan Safar
5
Kopri PB PMII Luncurkan Beasiswa Pendidikan Khusus Profesi Advokat untuk 2.000 Kader Perempuan
6
Pentingnya Kelola Keinginan dengan Ukur Kemampuan demi Kebahagiaan
Terkini
Lihat Semua